Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Ramadhan 2023

Jejak Islam: Mengenal Mbah Khair, Pendekar Pencak Silat Cimande Sekaligus Kyai di Bogor

Jejak Islam kali ini membahas tentang Mbah Khair, seorang pendekar pencak silat yang disegani sekaligus kyai yang selalu berdakwah di Bogor.

Editor: Tsaniyah Faidah
kolase google
Berikut Jejak Islam tentang Mbah Khair, beliau merupakan seorang kyai di Bogor yang juga menciptakan aliran Pencak Silat Cimande. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COMJejak Islam kali ini membahas tentang Mbah Khair, seorang pendekar pencak silat yang disegani sekaligus kyai yang menciptakan aliran Pencak Silat Cimande Bogor.

Beliau memperkenalkan jurus bela diri pencak silat pertama kepada murid-muridnya pada tahun 1760.

Selain seorang pendekar pencak silat, Mbah Khair merupakan kyai yang selalu berdakwah.

Mbah Khair awalnya merupakan seorang pedagang. Beliau seringkali berpergian meninggalkan kampung halamannya untuk berdagang kuda ke beberapa daerah, terutama ke Batavia (Jakarta).

Saat itu, perjalan dari Bogor ke Batavia tidak semudah sekarang. Dalam perjalanan ketika sedang berpergian, Mbah Khair pernah menghadapi beragam tantangan, mulai dari bertemu dengan perampok, harimau, monyet, macan kumbang, hingga macan tutul.

Tantangan tersebut membuat Mbah Khair lebih menguasai bela diri.

Di Batavia, Mbah Khair berteman dan saling bertukar jurus bela diri dengan beberapa pendekar dari China dan Minangkabau.

Secara tidak sadar Mbah Khair sudah membentuk sebuah aliran jurus bela diri yang membuat namanya terangkat dengan kualitas bela diri yang matang, menghadapi tantangan, dan menerima masukan orang lain.

Jurus-jurus yang dibentuk oleh beliau yaitu jurus pamacan, jurus pamonyet, dan jurus pepedangan yang diambil dari monyet yang memegang ranting.

Baca juga: Jejak Islam: Mengenal KH Asyari Bakom, Kyai Kharismatik di Bogor

Sekitar tahun 1700-1800, seorang bupati Cianjur yaitu Raden Aria Wiratanudatar VI mendengar kehebatan Mbah Khair, dan meminta Mbah Khair untuk tinggal di Cianjur dan bekerja sebagai guru bela diri di lingkungan keluarga bupati.

Raden Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak. Salah satu anaknya yang bernama Raden Aria Wiranagara merupakan murid terbaik Mbah Khair.

Setelah sang bupati Cianjur meninggal dunia di tahun 1813, Mbah Khair pergi dari Cianjur mengikuti Raden Aria Natanagara.

Beliau kembali ke Bogor pada tahun 1815, mulai saat itulah beliau tinggal di Kampung Tarik Kolot, Cimande.

Semasa hidupnya, Mbah Khair selalu berpakaian menggunakan kampret dan celana pangsi warna hitam. Beliau juga selalu memakai ikat kepala yang berwarna merah.

Pakaian yang digunakan oleh beliau menjadi model pakaian pencak silat yang digunakan hingga saat ini.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved