Pemilik Rumah Kosong di Bogor Ini Sampai Rela Ngontrak Demi Pindah, Pemicunya Masih Menghantui

Sebuah rumah kosong terbengkalai di wilayah Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor menimbulkan kesan seram atau angker bagi siapa pun yang melihatnya.

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Yudistira Wanne
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
Penampakan rumah kosong di Kampung Kebonkopi, RT 04/10, Kelurahan Puspanegara, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Kamis (9/3/2023). 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CITEUREUP - Sebuah rumah kosong terbengkalai di wilayah Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor menimbulkan kesan seram atau angker bagi siapa pun yang melihatnya.

Bagaimana tidak, rumah kosong tersebut nampak sudah cukup lama ditinggalkan kosong oleh pemilik atau penghuninya.

Pantauan TribunnewsBogor.com, Kamis (9/3/2023), rumah ini berada di wilayah Kampung Kebonkopi, Kelurahan Puspanegara, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.

Dilihat dari luar atau jalan perlintasan warga, rumah ini nyaris tak terlihat bentuk utuhnya setelah terbengkalai bertahun-tahun.

Sebagain badan rumah tertutup oleh rumput liar yang tumbuh mengelilinginya

Selain itu, rumput liar ini juga menutupi area halaman rumah ditambah pepohonan pisang.

Namun beberapa bagian rumah terpantau tetap terlihat seperti dinding tembo, jendela hingga pintu yang sudah dalam keadaan rusak tak terurus.

Dari kejauhan melalui lubang pintu yang terbuka terlihat bahwa di dalam rumah seperti ada bayangan hitam dan putih yang bentuknya selintas menyerupai sosok hantu.

Namun dilihat dari dekat, semua itu hanyalah bagian atap rumah yang rusak mengelupas dan bergelantungan di area dalam rumah tersebut.

Alasan di balik rumah kosong

Rumah kosong terbengkalai ini rupanya memiliki cerita yang menjadi alasan kenapa rumah ini ditinggalkan kosong oleh pemiliknya.

Alasan di balik rumah kosong ini pun masih menghantui warga sampai sekarang.

Ketua RT setempat pun menceritakan bahwa pemilik rumah tersebut bahkan sampai rela mengontrak rumah di tempat lain demi pindah dari rumah tersebut.

"Orangnya sampai ngebelain ngontrak, padahal ini rumah sendiri. Akhirnya rumahnya terbengkalai, gak terurus," kata Ketua RT setempat, Iin Solihin kepada TribunnewsBogor.com.

Pemicu di balik rumah yang sampai kosong terbengkalai tersebut adalah permasalahan yang tak kunjung tertangani sejak sekitar tahun 2000-an silam.

Permasalahan tersebut tidak hanya dikeluhkan pemilik rumah kosong itu saja, tapi juga termasuk puluhan kepala keluarga di kampung tersebut.

Menurut Ketua RT, banyak pula warga lainnya yang juga sudah memilih pindah rumah.

"(Yang pindah rumah) Banyak, gara-gara banjir," kata Iin Solihin.

Dia menceritakan bahwa banjir ini menjadi semacam musibah langgangan di kampungnya yang masuk wilayah RT 04/10 Kampung Kebonkopi sejak tahun 2000-an yang kerap merendam lebih dari 40 rumah warga.

Banjir tersebut berasal dari Kali Cibeber di kawasan perkampungan ini yang kerap meluap dan timbulkan banjir di setiap musim penghujan.

"Paling banyak 10 - 12 kali (banjir) setahun, kadang-kadang 5 kali setahun. Paling tinggi tahun 2020, ketinggian banjir hampir 2 meter, saat itu warga ngungsi semua," kata Iin Solihin.

Meski sudah banyak warga yang pindah, banyak pula warga yang bertahan di pemukiman langganan banjir tersebut salah satunya Ibu Mini (61).

"Harapannya pengen pindah sih, tapi ya gimana lagi atuh orang udah gak ada biaya buat tempat pindahnya. Sekarang dibetah-betahin aja, insya Allah lah ada rezeki, bisa pindah," ungkap Ibu Mini.

Belum tertangani

Ketua RT setempat Iin Solihin mengatakan bahwa permasalahan banjir di kampungnya ini dipicu beragam faktor.

Seperti diantaranya adalah Kali Cibeber menyempit di bagian hilir diduga karena terkena dampak banyaknya pembangunan.

Solusi penanganan masalah banjir ini tak kunjung terjadi meski sudah pernah ditinjau pemerintah hingga anggota DPR.

Dia dan warga sangat berharap adanya perbaikan tanggul Kali Cibeber untuk mengantisipasi banjir yang terus berulang ini.

"Makanya kemarin minta peninggian turap ini, kali dikeruk ditaruh di jalan kiri kanan itu, ketinggian 80 cm aja naikin, jadi kanan kiri jalan agak tinggi di atas kayak tanggul gede, kita mintanya begitu, tapi belum (ditindaklanjuti)," ungkap Iin Solihin.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved