Aksi Keji Dukun Slamet

Mencari Jejak Ibu dan Anak yang Hilang 2 Tahun Lalu, Diduga Korban Pembunuhan Berantai Mbah Slamet

Korban bernama Theresia Dewi (47) dan putranya Okta Ali Abrianto yang hilang tanpa jejak sejak 2 tahun lalu.

|
Penulis: Damanhuri | Editor: Damanhuri
Kolase Tribun Bogor/ist
Mencari Jejak Ibu dan Anak yang Hilang 2 Tahun Lalu, Diduga Korban Pembunuhan Berantai Mbah Slamet 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Ibu dan anak asal Magelang, Jawa Tengah hilang misterius diduga menjadi korban pembunuhan.

Korban bernama Theresia Dewi (47) dan putranya Okta Ali Abrianto yang hilang tanpa jejak sejak 2 tahun lalu.

Keduanya, diduga menjadi korban pembunuhan berantai Salmet Tohari alias Mbah Slamet.

Slamet yang mengaku sebagai dukung pengganda uang itu diketahui telah membunuh 12 orang pasiennya.

Pria asal Banjarnegara tersebut kini telah diamankan oleh polisi usai membunuh dan mengubur jasad pasiennya.

Dari 12 korban tersebut, 8 diantaranya sudah teridentifikasi.

Mereka dibunuh karena iming-iming dari pelaku yang juga selaku dukun pengganda uang.

Baca juga: Dilarang Bawa Kendaraan, Slamet sang Dukun Pengganda Uang Janji Antar Korban Pulang Naik Macan Putih

Dari 12 jasad korban yang ditemukan, 8 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 4 perempuan.

Sementara itu, ibu dan anak yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah diduga bagian dari korban pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Mbah Salmet.

Mereka yakni Theresia Dewi (47) dan Okta Ali Abrianto.

Sejumlah barang yang terkubur di dalam liang lahat diyakini milik warga Mertoyudan, Magelang tersebut.

Kakak Theresia Dewi, Yusuf Edi Gunawan (64), mengungkapkan ibu dan anak tersebut menghilang setelah pergi dari Salatiga pada November 2021 lalu.

Saat di Salatiga, Theresia Dewi ditemani dua anaknya, Okta Ali Abrianto dan Claudy.

Theresia Dewi kemudian berpamitan ke Claudy akan pergi ke Banjarnegara ditemani Okta Ali Abrianto.

Lokasi kuburan massal korban Tohari (45) alias Mbah Slamet di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Lokasi kuburan massal korban Tohari (45) alias Mbah Slamet di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. (Kompas.com/FADLAN MUKHTAR ZAIN)

"Kemudian mereka (kedua korban) berpamitan ke Claudy, pamit ke pergi Banjarnegara katanya mau ambil dana (uang)."

"Mereka berangkat ke Banjarnegara naik mobilnya Honda Mobilio," paparnya, Sabtu (8/4/2023), dikutip dari TribunJogja.com.

Sejak saat itu, pihak keluarga mengaku kehilangan kontak kedua korban.

Setelah kasus penemuan 12 jasad korban pembunuhan Mbah Slamet, pihak keluarga menduga Theresia Dewi dan Okta Ali Abrianto menjadi korban.

Yusuf Edi Gunawan merasa yakin karena terdapat sejumlah barang yang ditemukan di liang lahat korban seperti jam tangan, jaket, dan kunci mobil.

Baca juga: Obrolan Mbah Slamet Jadi Pengantar Maut, 12 Korban Pasrah Teguk Air Kematian Demi Cepat Kaya

"Barang buktinya itu sudah identik, saya lihat jam tangan adik saya itu. Jaket Pemuda Pancasila, ada label nama yang tertulis nama Okta."

"Lalu, kunci mobil yang masih ada di dalam saku celana. Untuk mobilnya sampai sekarang belum diketahui, masih dalam penyelidikan," sambungnya.

Ia mengaku telah melakukan tes DNA untuk dicocokkan dengan jasad Theresia Dewi.

Sedangkan jasad Okta Ali Abrianto dicocokkan DNA dengan ayah kandung korban.

"Saya ke sana diambil sampel DNA-nya. Sedangkan untuk Okta, Bapaknya (suami pertama Theresia Dewi) sudah diambil tes DNA nya juga, kemarin Sabtu," tandasnya.

Menurut Yusuf, adiknya yang bekerja sebagai kontraktor sempat mengalami masalah keuangan karena tidak memiliki suami.

"Memang sempat kesulitan keuangan, apalagi korban ini sudah sendiri. Korban menikah dua kali, namun keduanya sudah bercerai."

"Saya juga tidak mengetahui dan kenal dengan dukun pengganda uang itu," pungkasnya.

Korban Dilarang Bawa Kendaraan

Kepada polisi, Mbah Slamet mengaku melakukan aksi biadabnya seorang diri.

Ia bersama korban pergi ke lokasi tempat ritual penggandaan uang tanpa sepengetahuan keluarga dan orang lain.

Ia menambahkan, korban diajak ke lokasi ritual menggunakan kendaraan milik pelaku agar menghilangkan jejak.

"Jadi ke tempat saya naik bus. Kalau korban bawa kendaraan tidak berani, nanti bisa ketahuan," kata Mbah Slamet.

Baca juga: 25 Tahun Menikah, Istri Mbah Slamet Ungkap Soal Ritual Suami Hingga 12 Pasiennya Tewas

Mbah Slamet mengatakan, proses ritual yang dilakukannya bersama korban baru dilakukan sekitar pukul 19.30 WIB malam.

Mulanya, korban yang percaya dengan ucapan Mbah Slamet ini diajak ke lokasi ritual yakni sebuah perkebunan milik pelaku sekira pukl 16.00 WIB.

"Kalau kemalaman takut, jadi berangkatnya agak sorean," kata Mbah Slamet dikutip TribunnewsBogr.com dari Tribunjateng.com, Selasa (4/4/2023).

Menurutnya, proses ritual yang dilakukan berlangsung sekitar 1 jam.

"Prosesi ritual sekira satu jam, ritualnya cuma ngobrol-ngobrol saja," tuturnya.

Dilokasi ritual, korban diberikan minuman yang sudah disediakan oleh Mbah Slamet.

Proses evakuasi 10 jasad korban pembunuhan yang dilakukan oleh Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (3/4/2023).
Proses evakuasi 10 jasad korban pembunuhan yang dilakukan oleh Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (3/4/2023). (Dok Polda Jawa Tengah)

Minuman tersebut langsung diteguk oleh korban tanpa ada rasa curiga.

Meskipun rasanya aneh, namun korban mengganggap minuman itu bagian dari ritual penggandaan uang agar cepat kaya.

Rupanya, minuman tersebut telah dicampur racun oleh tersangka Mbah Slamet.

Korban tidak bisa berbuat apapun setelah meminum minuman tersebut.

"Korban hanya muntah sedikit, lalu tidak terasa apa-apa," imbuhnya kepada Tribunjateng.com, Selasa (4/4/2023).

Menurutnya, obat dicampurkan ke minuman sangat ampuh mematikan korbannya.

Bahkan korban tidak berteriak setelah meminum air yang diberikannya.

"Jadi korban dikubur setelah betul-betul mati, kalau belum ya tidak bisa dikubur," ujarnya.

Mbah Slamet memiliki kaki tangan yakni BS yang bertugas membantu mempublikasikan melalui media sosial dan mempertemukannya.

Bahkan pesuruhnya tidak tahu jika dirinya melakukan pembunuhan.

"BS dikasih Rp 5 juta, kadang Rp 10 juta," tuturnya.

Baca juga: Menguak Motif Pembunuhan Berantai Mbah Slamet, 12 Korban Dikubur usai Ritual di Kebun Kosong

Di sisi lain dia menyesali perbuatannya.

Dirinya akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya.

"Saya menyesal dan saya ingin bertobat," imbuhnya.

Hasil Otopsi Korban

Kepala Bidang (Kabid) Dokkes Polda Jateng, Kombes Sumy Hastry Purwanti, Selasa (4/4/2023) sore menjelaskan, sembilan jenazah korban pembunuhan dukun pengganda uang Banjarnegara telah diperiksa tim forensik Bidokkes Polda Jawa Tengah.

Dalam pemeriksaaan terungkap, enam jenazah berjenis kelamin laki-laki.

"Usianya antara 25 hingga 50 tahun," papar Kepala Bidang (Kabid) Dokkes Polda Jateng, Kombes Sumy Hastry Purwanti, Selasa (4/4/2023) sore.

Sosok dukun pengganda uang di Banjarnegara, Mbah Slamet dikenal tak pernah berbaur di lingkungannya, bahkan tanah yang dipakainya untuk mengubur belasan jasad adalah tanah orangtuanya
Sosok dukun pengganda uang di Banjarnegara, Mbah Slamet dikenal tak pernah berbaur di lingkungannya, bahkan tanah yang dipakainya untuk mengubur belasan jasad adalah tanah orangtuanya (Istimewa/kolase Tribun Jateng)

Pemeriksaan forensik dipimpin langsung oleh Hastry dari Senin (3/4/2023) malam hingga Selasa dini hari.

Kondisi jenazah dalam keadaan pembusukan lanjut.

"Kami perkirakan waktu kematian antara 6 bulan sampai 24 bulan,” imbuhnya.

Ia mengatakan, untuk  penyebab kematian lantaran lemas karena racun.

"Racunnya jenis apa nanti menunggu hasil laboratorium forensik,” tuturnya dikutip dari Tribun Jateng

Baca juga: Sosok Dukun Slamet Pembunuh Bermodus Gandakan Uang Dikenal Kurang Berbaur, Profesinya Tak Jelas

Satu jenazah sudah teridentifikasi atas nama Paryanto (53) warga Sukabumi, Jawa Barat.

Sementara itu, sembilan jenazah lainnya belum teridentifikasi. 

Saat ini, petugas kembali menemukan 2 jenazah hingga total kesleuruhan 12 jenazah.

Ia pun bersama timnya kembali bertolak ke Banjarnegara dan Purwokerto untuk kembali melakukan pemeriksaan jenazah.

“Ini dua lagi ketemu (jenazah),” terangnya.

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved