Gelagat Aneh Bripda Ignatius Dwi Frisco Sebelum Tertembak di Cikeas, Handphonenya Diambil Senior ?

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Seorang teman merasa Bripda Ignatius Dwi Frisco berniat menyampaikan sebuah pesan, namun keburu tewas tertembak.

Emili merasa ada kejanggalan di detik-detik terakhir sebelum Bripda Rico tewas tertembak di Rumah Susun Polri, Cikeas, Kabupaten Bogor pada Minggu (22/7/2023).

Bripda IDF tewas tertembak sekitar pukul 01.42 WIB.

Kejanggalan ini dirasakan Emili saat menerima balasan chat dari Bripda Ignatius Dwi Frisco.

"Chat terkhir masih komen story di IG. Sebelum kejdian dia meninggal," kata Emili saat dihubungi TribunnewsBogor.com.

Isi chat Emili dan Rico :

• Emili 15.53 WIB : Kenapa jadi potong mulet rambutnya om ?
• Rico 17.48 WIB : Gak kuat soalnya.
• Emili 23.57 WIB : Gak kuat apa njir ?
• Rico 00.28 WIB : Ga tau.

Ia merasa balasan chat Bripda Ignatius Dwi Frisco ini sama sekali tidak nyambung dengan topik pembahasan.

"Heran, jawabannya gak nyambung," katanya.

Dia juga bahkan tak mengeri maksud dari balasan 'gak kuat' yang dikirim Rico.

"Nah itu, saya juga gak ngerti," katanya.

Ia menduga ada sesuatu yang ingin disampaikan Bripda Rico.

"Mungkin (pesan yang ingin disampaikan), cuma gak sampai," katanya.

Bahkan Emili sampai curiga kalau handphone tersebut bukan dipegang oleh Bripda Ignatius Dwi Frisco.

"Apa iya bukan dia (Rico) yang pegang HP," katanya.

Baca juga: Dugaan Bisnis Senpi Ilegal dalam Tewasnya Bripda Ignatius Dwi Frisco, Ayah Dengar dari Penyidik

Tak hanya dengan Emili, sebelum tewas tertembak senior di Cikeas, Bripda Rico juga sempat menjalin komunikasi dengan keluarga dan pacarnya.

Bripda Ignatius Dwi Frisco melakukan video call dengan keluarga sekitar pukul 20.00 WIB.

"Kami masih video call. Kakaknya juga, pacarnya juga. Kami sampai jam 1 malam," kata ayah Rico, Y Pandi.

Baca juga: Video Call Bripda Ignatius Dwi Frisco Sebelum Tewas Tertembak di Cikeas, Sempat Didatangi Senior

Informasi yang diterima Y Pandi dari penyidik, Bripda IDF ini sempat didatang seniornya, Bripda IMS dan Bripka IG.

"Penyidik dari Densus 88 mereka mengatakan bahwa awalnya anak saya ini didatangi oleh seniornya itu tadi, dari keterangan tim penyidik itu sebenarnya didatangi tiga orang tapi saya nggak tau kenapa jadi dua orang (tersangka)," kata Pandi.

Diduga, tiga orang yang mendatangi Rico dalam pengaruh minumal beralkohol.

Kata Pandi, anaknya menolak ketika diajak bergabung dalam bisnis senjata api ilegal.

"Ada semacam bisnis senpi dengan seniornya ini, tapi anak saya barangkali ini ditawari, karena anak saya tau barang itu ilegal." katanya.

Hal inilah yang kemudian memicu terjadinya cekcok.

"Sehingga apa yang terjadi di situ jadi cekcok hingga anak saya jadi korban," katanya.

Hampir mirip dengan Y Pandi, Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar mengatakan Bripda IMS memang mengajak Bripda A datang ke sebuah flat di Rusun Cikeas Bogor.

"Pukul 01.38 WIB, mereka berkumpul di kamar flat Rusun Cikeas bersama Bripda IMS, Bripda IDF, Bripda A, dan Bripda Y,” kata Aswin.

Pukul 01.42 EIB, Bripda IMS mengeluarkan senjata api dari tasnya.

Dia berniat memperlihatkannya pada Bripda Ignatius Dwi Frisco.

Anehnya kata Aswin senjata itu tiba-tiba meletus saat dikeluarkan.

“Tiba-tiba senjata itu meletus dan mengenai bagian leher Bripda IDF,” katanya.