Sisi Lain Bogor

Menguak Sejarah Warung Pertama di Puncak Bogor, Karyawan Kebun Teh Sudah Buka Lapak Sejak Tahun 1980

Ade menjelaskan kalau pada tahun 1980-an itu kebanyakan yang berjualan di Jalan Raya Puncak Bogor ialah karyawan perkebunan teh.

Penulis: Wahyu Topami | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Wahyu Topami
Warung Rindu Puncak yang Berdiri sejak 1986, Kamis (16/11/2023). 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Wahyu Topami

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Keberadaan warung di kawasan Puncak Bogor kerap menjadi sorotan wisatawan lantaran mematok harga hingga berkali-kali lipat dari harga aslinya.

Meski tak semua, namun masih saja ditemukan ada pedagang nakal yang membuat kapok wisatawan yang datang ke Puncak Bogor karena getok harga.

Disisi lain, rupanya ratusan warung yang kini tersebar di kawasan Puncak Bogor ini rupanya sudah ada sejak puluhan tahun lalu.

Salah satunya yakni Warung Rindu Puncak yang berlokasi di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Ade Abdul (67) pemilik Warung Rindu Puncak bercerita jika dirinya sudah lebih dari 30 tahun berjualan di jalur Puncak Bogor.

"Saya jualan dari tahun 1986," ujarnya pada TribunnewsBogor.com, Kamis (16/11/2023).

Lebih lanjut Ade menceritakan kalau warung di Kawasan Puncak Bogor sudah ramai sejak 1982, yang mana pada tahun tersebut turis asing pun sudah berbondong-bondong datang ke Puncak.

"Tahun 1982 juga udah ramai puncak mah, turis-turis itu bukan hanya turis timur tengah, mancanagera juga udah banyak. Tempat nginepnya daerah Tugu semua," lanjutnya.

Untuk para pedagang sendiri, Ade menjelaskan kalau pada tahun 1980-an itu kebanyakan yang berjualan di Jalan Raya Puncak Bogor ialah karyawan perkebunan teh.

Mereka sudah membuka lapak jualan di jalur Puncak Bogor untuk menambah penghasilannya.

"Kebanyakan yang bisa jualan di sini tuh ex perkebunan dulu, karena dapat gaji tidak terlalu besar, gajinya hanya gaji serabutan. Kan kerja di perkebunan mah sampai siang, setelah bekerja di perkebunan itu, jam 4 sore lah jualan gitu sampai jam 12 malam kebanyakan," paparnya.

Selain itu, Ade juga turut mengenang masa-masa kejayaan berjualan di Jalan Raya Puncak.

Ia bercerita kalau 18 tahun ke belakang dalam sehari jagung bakar yang dijualnya itu bisa habis 50 kilogram perharinya.

"Ramai-ramainya jualan itu 2005 sampai 2018, itu ramai banget jagung aja bisa habis 50 kilogram perhari," katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved