Cerita Petani Cengkeh di Kabupaten Bogor Jelang Akhir Tahun 2023, Sumringah Harga Naik

Dia mengatakan bahwa saat ini cengkeh yang dipanen sudah mulai berkurang karena masa panennya biasanya terjadi di awal tahun.

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
Hasil pertanian cengkeh di Bojongkoneng, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bogor, Minggu (26/11/2023). 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BABAKAN MADANG - Harga cengkeh kering di Kabupaten Bogor jelang akhir tahun 2023 ini membuat para petani cengkeh tersenyum.

Sebab, harga penjualan cengkeh kering tingkat petani saat ini mengalami kenaikan.

"Cengkeh sekarang lagi naik, Rp 120.000 per Kilogram, biasanya Rp 100.000," kata Abah Bana (65), salah satu petani di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Minggu (26/11/2023).

Dia mengatakan bahwa saat ini cengkeh yang dipanen sudah mulai berkurang karena masa panennya biasanya terjadi di awal tahun.

"Sekarang pohonnya udah mulai muncul lagi buahnya," kata Bana.

Setiap kali penjualan, Bana akan membawa cengkeh kering ini ke pembeli langganannya di sekitar Pasar Citeureup.

Bana bisa membawa paling banyak 50 Kg cengkeh kering dalam sekali penjualan setelah dijemur 3 - 5 hari tergantung cuaca.

Karena harga cengkeh ini naik turun, pendapatannya pun tidak menentu, maka Bana juga mengandalkan hasil pertanian lain di lahan kebunnya, seperti kopi dan kapulaga (kapol).

Harga jual kopi dari petani, kata Bana, saat ini per November 2023 di hargai Rp 40.000 per Kg, naik dari harga biasanya yang di angka Rp 25 Ribu.

"Soalnya buahnya (kopi) lagi kurang sekarang," ujarnya.

Hasil pertanian cengkeh di Bojongkoneng, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bogor, Minggu (26/11/2023).
Hasil pertanian cengkeh di Bojongkoneng, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bogor, Minggu (26/11/2023). (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)

Namun untuk harga kapulaga (kapol), sementara ini sedang mengalami penurunan.

"Kapulaga mah sekarang turun jadi Rp 50.000, biasanya Rp 80.000," katanya.

Bana mengatakan bahwa naik turun harga cengkeh, kapulaga dan kopi sudah biasa terjadi.

Bahkan terkadang terjadi kenaikan harga cukup fantastis yang tak disangka-sangka.

"Pas zaman corona kapulaga sampai Rp 500.000 sekilo, terus turun lagi jadi Rp 400.000, Rp 300.000, Rp 250.000, sekarang jadi Rp 50.000," ungkapnya.

Bana mengatakan bahwa, meski hasil pertanian ini cukup untuk kebutuhan sehari-hari, di kampungnya saat ini petani didominasi orang-orang tua.

Di kampungnya sangat jarang ada anak muda yang memilih menjadi petani bahkan termasuk anak dari Bana sendiri.

"Anak muda sekarang mah kan kerjanya pengen cepet langsung ada (instan) langsung kemakan (hasilnya), orang tua mah kan beda lagi, buat nanti, sekarang ada, buat nanti ada," ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved