Mahkota Emas untuk Melantik Raja-raja Sunda Dipamerkan di Bogor, Beratnya Mencapai 8 Kg

Panitia Pelaksana, Gatut Susanta menjelaskan bahwa Mahkota Binokasih ini dibuat pada tahun 700 Masehi.

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani
Mahkota Binokasih milik kerajaan sunda dari Balaikota ke Perpustakaan Kota Bogor, Kamis (18/4/2024). (Muamarrudin Irfani) 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH - Kota Bogor berkesempatan menjadi bagian dari kirab Mahkota Binokasih Sanghyang Pake milik Kerajaan Sunda yang diwariskan secara turun-temurun.

Kirab Mahkota Binokasih ini dimulai dari Sumedang dan dibawa ke beberapa kota di tatar sunda hingga akhirnya tiba di Kota Bogor pada Kamis (18/4/2024).

Panitia Pelaksana, Gatut Susanta menjelaskan bahwa Mahkota Binokasih ini dibuat pada tahun 700 Masehi.

Mahkota Binokasih ini konon katanya sudah ada sejak zaman kerajaan Galuh (Ciamis) dan berpindah-pindah hingga akhirnya saat ini tersimpan rapih di Keraton Sumedang Larang. 

"Pertama dibuat di Galuh, kemudian berpindah ke sini Pakuan Padjadjaran pada masa Prabu Siliwangi terakhir yaitu Prabu Suryakencana, sebelum Padjadjaran terkena serangan dari Banten dan Cirebon, mahkota ini oleh Prabu Suryakencana diserahkan ke Keraton Sumedang, diamankan di sana," ujarnya kepada wartawan, Kamis (18/4/2024).

Gatut Susanta memaparkan, mahkota emas dengan berat mencapai 8 kilogram itu merupakan benda sakral yang digunakan untuk melantik raja-raja pada zaman Kerajaan Sunda

Untuk melestarikan sejarah, Keraton Sumedang Larang pun menggelar kirab setiap tahunnya agar masyarakat mengenal sejarah sunda.

"Setiap raja dilantik pakai Mahkota Binokasih, makanya Raja Sumedang engga ada yang berani pakai ini karena mereka sudah bukan kerajaan lagi tapi keraton. Makanya kita sekarang pamerkan di sini sebagai bahan untuk dilihat masyarakat dan sebagai bahan edukasi," terangnya.

Pada saat ini Mahkota Binokasih Sanghyang Pake tersebut disimpan di lobi Perpustakaan Kota Bogor dan esok hari dibawa kembali ke Sumedang untuk disimpan.

Selama di Perpustakaan Kota Bogor, masyarakat umum bisa melihatnya secara langsung dan diperbolehkan untuk diabadikan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved