Tangis Pilu Kuli Bangunan di Bogor, Upah Dibawa Kabur Mandor Hingga Diusir dari Kontrakan

Air mata Hermawan (70) jatuh tak terbendung ketika harus menceritakan sulitnya kehidupan.

|
Penulis: yudistirawanne | Editor: Yudistira Wanne
Kolase Tribun Bogor
Air mata Hermawan (70) jatuh tak terbendung ketika harus menceritakan sulitnya kehidupan. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Air mata Hermawan (70) jatuh tak terbendung ketika harus menceritakan kesulitan hidup.

Kakek asal Bogor itu tak henti menangis atas permasalahan hidup yang dihadapinya.

Tak banyak-banyak. Hermawan hanya meminta hak upah sebagai pekerja kuli bangunan dibayarkan.

Untuk memperjuangkan haknya, dia rela berjalan kaki dari Kota Bogor menuju Cibinong Kabupaten Bogor, tempat di mana dia bekerja menghabiskan tenaga dan bercucuran keringat.

Padahal upahnya sebagai kuli bangunan menjadi sumber pemasukan utama untuk menghidupi keluarganya.

Akibat haknya belum dibayar, Hermawan kini merasa kesulitan.

Bahkan kini Hermawan harus tinggal dibangunan bekas gudang tahu di Bondongan, Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor, Jawa Barat.

Tak hanya itu, Hermawan dan keluarganya setiap hari dihantui rasa lapar.

Beruntung, di Kota Bogor terdapat warung nasi murah yang disediakan relawan Ping.

Warung nasi murah itu yang dimanfaatkan Hermawan.

Sesampainya di lokasi warung nasi murah, Hermawan tak menyantapnya sendiri.

Dia minta nasi murah itu dibungkus untuk anak dan istrinya di rumah.

"Boleh dibungkus? Ini buat anak dan istri saya di rumah," ucap Hermawan dikutip dari akun medsos Instagram partersingoodness, Senin (20/1/2025).

"Saya kerja kuli. Tapi belum dibayar. Mandornya kabur," sambungnya.

Reaksi relawan

Sementara itu, melihat kondisi Hermawan, tim relawan berinisiatif untuk mengantarnya pulang.

"Di akhir hari setelah Warnas, kami mengantar Pak Hermawan pulang, karena beliau sudah terlihat lemas dan kelelahan," bebernya.

Tim relawan pun dibuat terharu dengan keluarga Hermawan.

Sebab dinarasikan jika keluarga Hermawan tetap saling menguatkan satu sama lain meski situasi sulit tengah dihadapi.

"Kami menyaksikan ketika beliau mengabarkan pada keluarga nya bahwa beliau pulang dengan tangan hampa, kami menyaksikan bagaimana mereka sekeluarga berpelukan sambil menangis dan berusaha saling menguatkan," pungkasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved