Perjalanan Valyano Sebelum Dipecat SPN, Tak Lolos Polisi karena Buta Warna, Depresi Saat di TNI AL
Baru Terungkap Bukan Hanya SPN Polda Jabar, Valyano Boni Raphael Pernah Dikeluarkan dari TNI AL
Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Ardhi Sanjaya
"Kalau saya, dikatakan anak saya depresi di SPN, saya rasa tidak mungkin karena itu cita-citanya di polisi atas kehendak dia," katanya.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni langsung meminta pengakuan pada Valyano Boni Raphael.
"kamu gak gila kan ?" tanya Ahmad Sahroni.
"Siap tidak," jawab Valyano Boni Raphael.
Sementara Kabid Dokkes Polda Jabar Kombes Dr. Nariyana tidak mengalami gangguan jiwa.
"Siswa dinyatakan tidak mengalami gangguan jiwa. Awal seleksi spesialis jiwa, kasus seperti ini harus kami tingkatkan," katanya.
Sampai kemudian Kabid Dokkes meminta rekomendasi dari sub spesialis Dr Adi Kurnia bersama timnya.
Baca juga: Misteri Kejanggalan Dibalik Kematian Siswa SPN Polda Lampung, Advent Tewas usai Lari 3 Putaran?
"Kesimpulannya pada terperiksa Valyano saat ini tidak ditemukan adanya tanda atau gejala gangguan jiwa yang cukup bermakna yang dapat menggangu aktifitas sehati-hari. Terperiksa masih memiliki potensi yang dapat mendukung menjalankan tugas dalam menjalani pendidikannya," katanya.
Bahkan berdasar hasil pemeriksaan, Valyano Boni Raphael memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
"Memiliki kecerdasan yang tergolong rata-rata di atas IQ 109 atau skala pm 60. Memiliki fungsi berpikir memadai untuk memahami pekerjaan yang teratur dan struktur," jelasnya.
Memang Valyano Boni Raphael memiliki kemampuan menyampaikan ide pikiran, namun cara berpikirnya kurang matang.
"Terperiksa memiliki kerentanan yang perlu diantisipasi agar mampu menjalani pendidikannya dengan baik yaitu terperiksa memiliki kemampuan untuk menyampaikan ide pikiran yang cukup baik hanya saja cara berpikirnya yang kurang matang dan cenderung mencari solusi yang cepat dan instant ketika menghadapi masalah atau situasi tekanan," katanya,
Selain Valyano Boni Raphael memiliki kebutuhan besar dalam menonjolkan diri serta validasi dari orang lain.
"Terperiksa memiliki kebutuhan yang cukup besar dalam menonjolkan diri dan mendapatkan pengakuan orang lain sehingga menjadikan terperiksa rentan untuk mengalami masalah karena sikap dan perilaku yang disalahartikan oleh lingkungan yang belum mengenalnya," jelasnya.
Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp :
Valyano Boni Raphael
Veronica Putri Amalia
AKBP Bonifansius
SPN
Polda Jabar
Kombes Dede Yudi Ferdiansyah
Ahmad Sahroni
TNI AL
depresi
Soroti Aset Ratusan Miliar Ahmad Sahroni, Salsa Erwina: Uang Segitu Banyak Gak Bisa Beli Keberanian? |
![]() |
---|
Profesi Salsa Erwina Diaspora Viral Tantang Debat Ahmad Sahroni, Gajinya Tak Kalah dari Anggota DPR |
![]() |
---|
Jejak Karir Letjen Endi Supardi, Pria Asal Majalengka yang Kini Dilantik Jadi Panglima Korps Marinir |
![]() |
---|
Polisi Dalami Unsur Kelalaian Tragedi Maut Pesta Rakyat Anak Dedi Mulyadi, Ada yang Dipenjara ? |
![]() |
---|
Ekspresi Kepsek SMA Garut Dengar Siswanya Depresi hingga Akhiri Hidup, Panik Dilaporkan ke Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.