Kagetnya Dedi Mulyadi Temukan Praktik KKN Pedagang Kaki Lima: Sekeluarga Habis Semua Trotoar

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terkejut menemukan adanya praktik KKN tak cuma di birokrasi tapi juga di dunia PKL.

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Naufal Fauzy
@dedimulyadi71
DEDI MULYADI TERKEJUT - Tangkapan layar Instagram Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Kamis (10/4/2025). Kang Dedi Mulyadi atau KDM terkejut menemukan adanya praktik KKN tak cuma di birokrasi tapi juga para pedagang kaki lima yang membuat area trotoar habis. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terkejut menemukan adanya praktik KKN tak cuma di birokrasi tapi juga di dunia PKL.

Hal ini terjadi ketika Kang Dedi Mulyadi (KDM) mencoba menertibakan seorang ibu pedagang kaki lima di Bandung.

Ternyatat, si ibu itu tak sendiri yang menggunakan trotoar untuk berdagang.

Termasuk juga anaknya yang juga menggunakan trotoar tak seharusnya dijadikan sebagai tempat untuk berjualan.

"KKN teh bukan sekedar di birokrasi, pedagang kaki lima juga KKN, trotoar habis oleh mereka semua," kata KDM dikutip dari unggahan media sosialnya, Kamis (10/4/2025).

Awalnya, Dedi saat menertibkan PKL itu, Dedi berbincang dengan ibu PKL penjual nasi.

KDM memberi solusi, ibu PKL itu untuk dirumahkan selama sebulan dan diberi kompensasi.

"Diganti sama saya saya semuanya, nanti sama saya mau ditata dulu, dibersihkan, ibu diliburkan sebulan siap ?, sama saya dikasih Rp 4,7 juta," kata  KDM.

Ibu-ibu PKL itu pun bersedia mengikuti arahan Dedi Mulyadi.

Karena solusi yang diberikan Dedi masih bisa menguntungkan lebih bagi si ibu PKL tersebut.

Karena dia masih bisa jualan di rumahnya.

Nanti setelah sebulan, akan dikabari dimana nanti tempat mereka kembali berjualan.

"Gak rugi kan ?. Beres, jadi ibu hari ini bisa dagang di rumah sebenarnya," kata KDM.

Si Ibu PKL ini kemudian bercerita bahwa dia hanya tinggal di kontrakan.

Dia menceritakan bahwa dirinya merupakan warga asli sekitar.

Namun aset rumah dan tanah keluarganya sudah habis dijual sehingga dia hanya bisa tinggal di kontrakan.

Dia mengontrak dengan biaya Rp 500 Ribu per bulan.

"Saya mah ngontrak, bapak. Saya mah dari dulu di sini, rumahnya dijual-jualin sama emak, jadi gak punya rumah," kata ibu PKL tersebut.

Dia juga bercerita bahwa suaminya merupakan seorang petugas Satpam.

Namun perusahaan tempat suaminya bekerja itu bangkrut karena pandemi Covid-19 sehingga suaminya jadi pengangguran.

"Dikasih solusi mau gak ?," tanya KDM.

"Suami ibu jadi tim penyapu saya, sebulan Rp 4 juta gajinya, nyapu di sini atau ikut sama saya," sambung KDM.

Ibu PKL itu pun sumringah dan mengiyakan solusi yang ditawarkan KDM.

Namun dia kemudian menyebut PKL pedagang minuman teh poci di sekitar tempat itu.

"Pak kalau (pedagang) teh poci ?," tanya ibu PKL tersebut.

"Orang mana pedagang teh poci ?," tanya KDM.

"Anak saya," timpal ibu PKL tersebut.

"Ya Allah KKN sekeluarga habis semua," kata KDM terkejut.

"Mundur dulu aja teh poci mah jangan jualan di pinggir jalan. KKN teh bukan sekedar di birokrasi, pedagang kaki lima juga KKN, torotoar habis oleh mereka semua," sambung KDM.

Baca berita Tribunnews Bogor lainnya di Google News

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved