Tak Puas dengan Hasil Dokter di Indonesia, Jenazah Juliana Marins Diautopsi Ulang di Brasil

Perjuangan keluarga Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang ditemukan tewas di Gunung Rinjani, Lombok, Indonesia, memasuki babak baru.

Editor: Vivi Febrianti
Instagram @manoel.marins.3
EKSPRESI JULIANA MARINS - Perjuangan keluarga Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang ditemukan tewas di Gunung Rinjani, Lombok, Indonesia, memasuki babak baru. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Perjuangan keluarga Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang ditemukan tewas di Gunung Rinjani, Lombok, Indonesia, memasuki babak baru.

Setelah melewati hari-hari penuh duka dan ketidakpastian, jenazah Juliana akhirnya tiba di São Paulo, Brasil, pada Selasa (1/10/2025).

Namun, kedatangan jenazah bukanlah akhir dari cerita duka yang mereka alami. 

Sebaliknya, hal ini menjadi titik awal upaya keluarga untuk mencari kebenaran atas kematian Juliana yang dinilai penuh misteri.

Dilansir dari Tribunnews, setelah jenazah tiba di Brasil, keluarga Juliana melalui lembaga Defensoria Pública da União (DPU) segera mengajukan permintaan resmi ke Advocacia-Geral da União (AGU) agar dilakukan autopsi ulang.

Permintaan tersebut langsung disetujui AGU dan diajukan ke Pengadilan Federal di Niterói.

Autopsi ulang direncanakan dilakukan maksimal enam jam setelah jenazah tiba.

Langkah ini dianggap penting untuk memastikan penyebab kematian dan memperjelas waktu meninggalnya Juliana.

Hal tersebut berkaitan dengan dugaan bahwa Juliana masih hidup selama beberapa hari setelah kecelakaan, namun tidak segera mendapat pertolongan. “

Kami ingin tahu benar apa yang terjadi pada Juliana. Ada banyak hal yang belum jelas, dan sejak awal kami merasa diabaikan,” ujar Mariana Marins, saudari korban, dalam pernyataannya kepada media Brasil.

Hasil Autopsi di Indonesia Dianggap Belum Menjawab

Sebelumnya, autopsi pertama telah dilakukan oleh tim forensik di Bali, Indonesia setelah jasadnya berhasil dievakuasi dari Gunung Rinjani.

Hasilnya menunjukkan bahwa Juliana meninggal akibat luka dalam dan fraktur di berbagai bagian tubuh, tanpa adanya tanda-tanda hipotermia.

Tim forensik menyimpulkan bahwa korban hanya bertahan hidup kurang dari 20 menit setelah mengalami trauma.

Namun, hasil tersebut belum memuaskan pihak keluarga.

Mereka mengungkapkan kekecewaan karena hasil autopsi diumumkan ke publik sebelum disampaikan secara pribadi kepada mereka.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved