Mengenai aturan limpasan, sistem telah ditandai sebagai kandidat mayoritas jauh lebih menguntungkan daripada kandidat minoritas.
Secara empiris, kandidat minoritas sering merasa sulit untuk mencapai di atas 50 persen pangsa suara, meskipun mereka mungkin adalah pemenang pluralitas.
Jika kita membandingkannya dengan AS, batas limpasan kita di Jakarta dapat dianggap sangat besar. Jadi, sejak awal, seorang calon minoritas ganda seperti Ahok, karenanya sulit memenangkan pemilihan putaran kedua." tulisnya.
• Ketua GNPF Cerita Kronologi Habib Rizieq Dicekal Arab Saudi, Keluarga Lolos Saat Diperiksa Imigrasi
Selain itu, ada faktor lainnya yakni banyak kebijakan Ahok yang menuai kontroversi serta penolakan dari warga Jakarta.
Seperti penggusuran paksa, proyek reklamasi dan banyak lagi.
"Karena kurangnya perhatian terhadap koordinasi strategis antara kaum miskin kota dan para kandidat, kaum konservatif telah menikmati bagian mereka dalam demokrasi kita. Namun, belum terlambat untuk menyadari bahwa ketidaksetaraan dan variabel ekonomi lainnya memang penting dalam permainan elektoral. Jika kita ingin pindah dari Jakarta, atau bahkan memantulkannya sebagai studi kasus untuk tahap elektoral yang lebih besar di masa depan, setidaknya kita harus memahaminya terlebih dahulu." katanya.