Ia menceritakan, pada tanggal 1 Agustus pukul 23.00 WIB, saya diundang oleh Mensesneg Pratikno ditemui bersama Mantan Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Teten Masduki.
Di rumah Pratikno tersebut, Mahfud MD mengaku diberitahu kalau pilihan cawapres Jokowi sudah mengerucut kepada dirinya.
Saat itu, Mahfud MD diminta berisiap-siap dan segera menyelesaikan syarat-syarat yang diperlukan sebagai cawapres dan disarankan untuk melakukan komunikasi dengan PKB.
"Saya melakukan komunikasi dengan orang-orang Cak Imin, saya katakan saya kan bukan calon lewat PKB kenapa saya harus menyelesaikan dengan PKB? Nanti malah orang golkar menganggap saya orang calon PKB gitu, makanya saya menemui orang-orang yang dianggap berpengaruh terhadap Cak Imin," jelasnya.
Kemudian seminggu setelahnya, Mahfud MD mengaku diundang lagi oleh Pratikno di rumahnya lagi, dan ada Teten Masduki juga.
Pada pertemua itu, Mahfud MD mengaku sudah diberi skenario hingga ke pendaftaran capres-cawapres.
"Sudah detail," katanya.
Nah keesokan paginya, yakni hari di mana Jokowi mendeklarasikan cawapresnya, ia dimintai CV untuk deklarasi oleh Pramono Anung.
Ia juga mengaku ditelepon oleh ajudan Presiden untuk datang dan mengukur baju.
Namun karena bentrok, Mahfud MD akhirnya diminta untuk membawa baju yang ia sukai dan pas, nanti dibuatkan dengan ukuran itu dan sama dengan Jokowi.
Kemudian pukul 13.00 WIB, Teten Masduki memastikan kalau pengumuman pukul 16.00 WIB dan Mahfud diminta duduk di ruangan sebelahnya.
"Tapi baju yang saya pakai itu baju saya sendiri, karena yang dari presiden kan mau dipakainya besok (saat pendaftaran)," kata dia.
Kemudian yang terjadi, yang diumumkan oleh Jokowi sebagai pendampingnya yakni Maruf Amin.
Menurutnya, ia tidak merasa sakit hati atau kecewa dengan keputusan tersebut.
Namun, ia tersinggung dengan pernyataan Ketua PPP Romahurmuziy soal seragam yang ia kenakan.