Cepoy mengungkapkan, alasannya memilih menjadi relawan TKSK selama 11 tahun lantaran sejak masih kuliah selalu rutin mengukuti kegiatan sosial.
"Jadi TKSK itu sendiri se-Indonesia 1 kecamatan 1 orang. Sudah 11 tahun jadi TKSK. Dulu anak pecinta alam dari Mapala, begitu lulus sekolah ada Pelajar Islam Indonesia, banyak kegiatan sosial. Tahun 2007 turun ke banjir jakarta, nyebrangin orang, bawain barang," paparnya.
"Tahun 2009 masuk Tagana lalu masuk di TKSK. Awalnya tidak tahu TKSK kerjanya apa. Seiring berjalannya waktu kita ngurusin ODGJ, orang terlantar, lalu bantuan-bantuan dari pemerintah kita dampingin," tambahnya.
Cepoy pun mengatakan bahwa pengalaman paling berkesan sebagai relawan TKSK adalah menangani ODGJ.
"Yang paling mengesankan yaitu susahnya menangani ODGJ. Apalagi dia terlantar. Kita tidak tahu asalnya dari mana dan bingung mau dibawa kemana. Kita harus kordinasi dulu, sedangkan kita hanya ada rumah transit di Bogor, di Balai Kesejahteraan Sosisal Citereup," ungkapnya.
Sedangkan hal yang paling menyenangkan, Cepoy menegaskan bahwa menjadi relawan TKSK memiliki banyak rekan.
"Yang paling saya senangi dari TKSK adalah jejaring yang terbentuk, bisa bantu banyak orang," tandasnya.