“Coba bayangkan, di ketinggian ribuan meter, dengan kecepatan tinggi, elevator pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang begitu signifikan fungsinya copot atau tidak berfungsi,” kata Andi Isdar Yusuf.
Beda jika salah satu mesin yang rusak atau tidak berfungsi.
Jika kondisi ini yang terjadi, kata Andi Isdar Yusuf, maka pilot masih punya waktu untuk melakukan kontak dengan pihak luar.
“Dan pasti, jika salah satu mesin yang rusak, pilot akan kembali. Yang seperti ini sering kami alami dulu dan pilot pasti kembali.
Tapi kalau elevator yang rusak, copot, tidak ada pilihan, langsung terjun bebas itu pesawat,” jelas Andi Isdar Yusuf.
Baca juga: Analisa Capt Vincent Raditya soal Sriwijaya Air SJ 182, Curiga Pesawat Oleng Tajam dalam 1 Menit
Pengamat penerbangan Andi Isdar Yusuf mengatakan, sebenarnya elevator Pesawat Sriwijaya Air SJ82 sudah berfungsi dan kondisi pesawat sudah melewati masa krusial penerbangan. Karena sudah mengangkasa.
Sebab, masa krusial dan saat paling kritis dalam penerbangan adalah ketika pesawat akan naik. Dan ini hanya seper sekian detik.
“Begitu pesawat sudah... tek, naik, itu berarti elevator sudah berfungsi dan masa kritis berakhir. Tapi mungkin ini elevatornya copot saat sudah naik ribuan meter,” kata Andi Isdar Yusuf.
Meski demikian, Andi Isdar Yusuf menegaskan, penyebab Sriwijaya Air jatuh belum bisa dipastikan.
Pasalnya, hingga kini balck box atau kotak hitam Sriwijaya Air belum ditemukan.
Menurutnya, semua pihak harus menunggu hasil kajian KNKT, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sebagai pihak berwenang.
“Setelah itu dicari kotak hitam. Nah, setelah semuanya itu, barulah dilakukan pengkajian penyebab jatuhnya. Dan hasil kajian NKT itulah yang akan mengungkap penyebab Sriwijaya Air jatuh. Jadi kita tunggu hasil kajian KNKT tentang penyebab Swirijaya Air Jatuh,” kata Andi Isdar Yusuf.
(TribunBogor/sebagian artikel telah tayang di TribunTimur)