Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com Rahmat Hidayat
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIAWI – Risiko tertularnya penyakit HIV/AIDS melalui hubungan seksual ternyata masih sangat berisiko tinggi.
Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan mengenai seks di lingkungan masyarakat.
Dokter pelayanan HIV AIDS RS Marzuki Mahdi dr Ayie Sri Kartika mengatakan, fenomena tersebut jika dibiarkan bisa berakibat fatal.
“Risiko tertularnya HIV/AIDS itu disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya lewat hubungan seks. Selama ini seks selalu ujaran larangan, bukan ujaran risiko yang ditimbulkannya. Ini yang harus dirubah mengenai pengetahuan seks,” ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (3/12/2021).
Adapun, risiko-risiko tersebut jika tidak memahami tentang seks baginya bisa menular kepada remaja-remaja yang melakukan hubungan seks bahkan menimpa hubungan keluarga.
Namun, menurut Dok Ay, sapaan akrabnya, hal tersebut bisa ditanggulangi dengan beberapa cara.
Salah satunya dengan memperhatikan tingkat keamanan serta tingkat kenyamanan berhubungan seks.
“Pertama berhubungan seks itu harus dengan orang yang tetap. Kedua, dua orang yang berhubungan harus mempunya safe dan rasa aman. Intinya, berhubungan seks itu tidak boleh sembarangan. Serta mengontrol dirinya untuk tes HIV. Serta berhubungan seks dengan kondisi sadar tanpa adanya pengaruh zat-zat lain seperti alkohol dan narkotika. Karena bisa lupa keamanan berhubungan seks,” tambahnya.
Selain dari itu, beliau menambahkan cara lain untuk meredam risiko tertularnya HIV AIDS dengan cara merubah pola pikir ketika berhubungan.
“Biasanya pikiran Horny all the time yang selalu bisa membahayakan dan berisiko tinggi. Ketika kita ingin melakukan hubungan seks, siapa saja bisa ditiduri. Ini yang harus dirubah sebagai cara untuk menanggulangi risiko terpaparnya HIV/AIDS. Untuk yang lebih aman lagi, pola pikir tidak berhubungan seks sampai menikah khusus untuk remaja,” jelasnya.
Kendati demikian, dalam kesempatan yang sama, ia berpesan bagi yang sudah mengidap penyakit HIV/AIDS untuk tetap maju menjalani kehidupan.
“Untuk yang sudah terpapar atau mengidap HIV/AIDS risiko-risiko ini harus dijalani bukan untuk ditangisi,” imbuhnya.