Polisi Tembak Polisi

Tunggu Bukti dari WhatsApp, Pengacara Brigadir J Singgung Ricky, Akan Ada Kebenaran yang Terungkap

Penulis: Vivi Febrianti
Editor: khairunnisa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengacara Keluarga Brigadir J, Martin Lukas Simanjuntak mengatakan, pihaknya menunggu bukti dari WhtasApp terkait kasus pembunuhan berencana.

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Pengacara Keluarga Brigadir J, Martin Lukas Simanjuntak mengatakan, pihaknya menunggu bukti dari WhtasApp terkait kasus pembunuhan berencana terhadap almarhum Yosua.

Bukti dari WhatsApp itu, kata dia, yang nantinya akan mengungkap banyak kebenaran materil yang selama ini belum terungkap.

Bahkan menurutnya bisa jadi bukti tersebut mungkin akan menggugah Ricky Rizal untuk mengungkap apa yang belum ia sampaikan.

Sebab ia menilai kalau para saksi sampai saat ini masih ketakutan dalam memberikan kesaksian.

Bahkan suasana ketakutan itu juga menurutnya masih terlihat pada Ricky Rizal.

Sebelumnya, Martin Lukas Simanjuntak mengungkap langkah yang dilakukan pihaknya agar para saksi bisa memberikan kesaksian yang sebenarnya tanpa ada rasa takut terhadap Ferdy Sambo.

Dalam hal ini, pihaknya pun memanfaatkan media untuk membantah pernyataan yang menyudutkan almarhum.

"Tentunya kita gunakan media, hadir di forum seperti ini, kita bantah statement yang mendiskreditkan almarhum ataupun membuat seakan-akan publik itu bisa dibodohi dengan keterangan-keterangan yang inkonsisten ataupun tidak sesuai dengan fakta," kata dia dilansir TribunnewsBogor.com dari Kompas TV, Senin (14/11/2022).

Kemudian ia juga menyinggung soal pernyataan kuasa hukum Bripka RR atau Ricky Rizal yang mengatakan bahwa kemungkinan akan ada hal baru yang diungkap oleh kliennya.

"Nah tadi saya tertarik apa yang disampaikan oleh abang kita, Bang Erman Umar, mengatakabn bahwa keterangannya Ricky sudah sesuai, mungkin nanti ada yang baru," jelas dia.

Baca juga: Dituding Lecehkan Putri, Brigadir J Disebut Lebih Mendekati Jadi Korban Kekerasan Seksual

Martin Lukas Simanjuntak juga mengatakan kalau pihaknya menunggu bukti yang akan diberikan oleh pihak WhatsApp.

"Sebenarnya paling bagus itu nanti, ini kan pihak provider WhatsAppa mau dipanggil ya, meta. Lalu nanti provider yang lain juga mau dipanggil," kata dia.

Bukti dari WhatsApp itu, kata dia, nantinya akan mengungkap kebenaran materil di persidangan.

"Saya yakin nanti ketika ada banyak kebenaran materil terungkap di persidangan, itu akan menggugah kesetia kawanan Ricky dalam hal ini ataupun keprihatinan Ricky kalau dia mau menyampaikan sesuatu yang benar ataupun yang belum dia sampaikan kepada Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi," beber dia.

Ia pun mendorong agar bukti dari WhatsApp ini bisa segera dibuka, karena merupakan bukti saintifik yang tidak bisa dibantah.

"Kalau orang kan walaupun makhluk yang paling sempurna, dia itu bisa bertindak sesuai dengan hati dan kewenangan dia, pikiran kan. Tapi kalau bukti saintifik seperti digital forensik ataupun data dari provider, itu nggak bisa bohong, karena sudah terekam," jelasnya.

Martin pun menegaskan bahwa hingga saat ini suasana ketakutan akan sosok Ferdy Sambo masih sangat terasa di persidangan.

"Ada (ketakutan), orang saya dapat keterangan juga Richard Eliezer itu keluarganya katanya sempat mau dijemput sama pihak seberang, cuma keduluan dijemput sama Brimob. Kita bisa bayangin kalau keluarganya dijemput duluan sama Ferdy Sambo, gak ada barang itu di sini sekarang," tandasnya.

Brigadir J Korban Kekerasan Seksual?

Pakar Psikolog Forensik Reza Indragiri justru menduga bahwa jangan-jangan sebenarnya Brigadir J yang menjadi korban kekerasan seksual.

Hal itu, kata dia, dilihat dari pernyataan para saksi termasuk kuasa hukum Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi soal sifat dan kepribadian Brigadir J.

Menurut dia, keterangan para saksi soal Brigadir J yang tempramental dan lainnya bisa jadi sebagai imbas dari kekerasan seksual yang dialami oleh almarhum.

Sebab kata dia, apa yang dikatakan para saksi itu mendekati prilaku para korban kekerasan seksual.

Sementara itu Putri Candrawathi yang mengaku jadi korban kekerasan seksual, justru tidak memperlihatkan dirinya sebagai korban.

Ia pun berharap dugaan Brigadir J sebagai korban kekerasan seksual ini juga harusnya bisa dilakukan penyelidikan lebih dalam.

Baca juga: Elza Syarif Dapat Info Saksi Sambo Pakai Headset Saat BAP, Penampilan Susi Disorot : Pakai Hijab

Reza Indragiri awalnya menyinggung pernyataan para saksi soal sifat Brigadir J semasa hidup.

"Tidak hanya kepribadian ganda, kita simak kembali perkataan sejumlah saksi, mendiang Brigadir Yosua itu disebut pemarah alias tempramental, kemudian juga disebut suka dugem, suka minta dicarikan perempuan. Sehingga terkonotasi bahwa Brigadir Yosua ini punya akhlak yang sedemikan buruk terhadap lawan jenis," kata dia dilansir dari Apa Kabar Indonesia Malam di Youtube tvOneNews, Senin (14/11/2022).

Alih-alih menyudutkan Brigadir J, kata dia, tudingan itu justru mengarah bahwa almarhum merupakan korban kekerasan seksual.

"Kalau saya membayangkan, sebutan itu justru lebih lekat ke mendingan Brigadir Yosua sebagai korban kekerasan seksual, bukan pelaku kekerasan seksual," jelasnya.

Ia pun kemudian membandingkan tabiat dan perilaku Brigadir J itu dengan Putri Candrawathi yang mengklaim dirinya merupakan korban kekerasan seksual.

"Sepanjang sepemahaman saya, kecil sekali kemungkinan atau bahkan mungkin tidak ada orang yang mengaku sudah mengalami kekerasan seksual lalu mengekspose ke hadapan publik, ia perkenalkan dirinya lalu dia sebut namanya," kata Reza Indragiri.

Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News 

Berita Terkini