Kini Menghilang, Ini 4 Kontroversi Kades Kohod Arsin: Diduga Terlibat Proyek PIK 2 hingga Makin Kaya

Editor: Tiara A. Rizki
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KADES KOHOD ARSIN - Dalam foto: Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid dan Kepala Desa Kohod, Arsin saat meninjau area laut yang memiliki SHGB dan SHM, di Desa Kohod, kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (24/1/2025). Setelah kasus pagar laut Tangerang mencuat, tanda tanya juga semakin menguat ketika Kades Kohod Arsin akhir-akhir ini tak terlihat batang hidungnya.

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Setelah kasus pagar laut di Tangerang mencuat, nama Kepala Desa Kohod, Arsin bin Sanip, menjadi sorotan.

Tak hanya berdebat dengan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid, ia juga sempat menolak pembongkaran pagar laut.

Kini, tanda tanya semakin menguat ketika Kades Kohod Arsin akhir-akhir ini tak terlihat batang hidungnya.

Setelah digali lebih dalam, rupanya Arsin dibayangi sejumlah kontroversi selama dirinya menjabat sebagai Kepala Desa Kohod.

1. Diduga terlibat proyek PIK 2

Sejak menjabat sebagai Kepala Desa Kohod, Arsin disebut-sebut mengalami peningkatan ekonomi.

Namun, kekayaannya mulai naik pesat setelah Arsin diduga terlibat dalam proyek pembangunan Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2).

Proyek PIK 2 diketahui membuat sejumlah lahan warga di Tangerang tergusur. Ironisnya, lahan mereka disebut-sebut dibeli dengan harga murah.

"Kekayaannya mulai banyak itu mungkin ada proyek pembangunan."

"Pokoknya semenjak ada proyek ini dan menjadi Lurah, fasilitasnya bertambah," ungkap seorang warga Desa Kohod, Reza, Jumat (31/1/2025), dikutip dari Kompas.com.

Baca juga: Susi Pudjiastuti Terima Jabatan dari Dedi Mulyadi, Langsung Garang Bereskan Pagar Laut Bekasi

2. Punya Rubicon

Dugaan keterlibatan Arsin dalam pengembangan proyek PIK 2, membuatnya semakin kaya hingga dikabarkan mampu membeli sebuah mobil Rubicon yang harganya mencapai miliaran.

Hal itu bahkan menjadi sorotan Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Dede Yusuf.

"Saya dengar katanya Kepala Desanya (Kohod) naik Rubicon. Kami (DPR) aja belum tentu kebeli," sindir Dede dalam rapat pada Kamis (30/1/2025).

Menurut seorang pekerja di rumah Arsin yang bernama Edi, Rubicon tersebut dibeli secara kredit.

Tak hanya itu, Edi menyebut Arsin membeli Rubicon bekas, bukan baru.

"Kalau diberitakan oleh media itu kan mobilnya warna putih, padahal bukan, tapi warna hitam, dan itu tahunnya tua, barang seken, beliau kredit." 

"Kalau baru, tahu sendiri, harganya berapa mobil kayak begitu," jelas Edi, Sabtu (1/2/2025).

Meski demikian, Rubicon itu tidak terlihat di kediaman Arsin, seiring sang Kades menghilang setelah berdebat dengan Nusron Wahid.

Menurut warga Desa Kohod, Heri, mobil itu diduga sudah dijual sejak kasus pagar laut mencuat.

"Isunya sih Rubicon-nya sudah dijual, terus motor-motornya sudah tidak ada. Mungkin karena ada kasus begini (pagar laut), takut diaudit KPK," kata Heri, Selasa (28/1/2025).

Baca juga: Kenapa Polisi Baru Turun Soal Pagar Laut ?, Susno Duadji Masih Heran: Justru Gaduh Karena Aparat

Baca juga: Said Didu Pertanyakan Jumlah SHM di Area Pagar Laut Tangerang yang Dibatalkan: Kenapa Cuma 50?

KADES KOHOD ARSIN - Sejak kemunculannya pada 24 Januari 2025, ketika Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid, meninjau sertifikat pagar laut Tangerang, Kepala Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Arsin bin Asip, menjadi sorotan. Berikut daftar kontroversi Arsin selama menjadi Kades Kohod. (KOLASE YouTube Tribun Network/Kohod TV)

3. Kaya mendadak sejak jadi Kades

Arsin disebut-sebut menjadi kaya mendadak sejak menjabat sebagai Kepala Desa Kohod.

Ia bahkan disebut sebagai orang kaya baru karena sebelumnya hanya bekerja sebagai kuli bangunan dan bank keliling.

"Dulu dia kuli bareng sama temannya. Ini bukan mengada-ada. Ini fakta," ungkap warga Desa Kohod, Reza, Jumat (31/1/2025).

"Setelah lulus SD, mulai cari kerja dan akhirnya berkecimpung di bank harian," imbuh dia.

Bahkan, kata Reza, kehidupan Arsin sebelum menjabat sebagai Kades Kohod, berada di bawah rata-rata.

Tetapi, sejak terpilih menjadi kepala desa pada 2021, kehidupan Arsin mulai mapan, bahkan bisa dibilang berlebih.

"Secara materi, dia dulu itu di bawah rata-rata kehidupannya," ujarnya.

"Dia sudah berada di lingkaran desa, baru dia ada fasilitas," pungkas Reza.

Baca juga: Tanya Soal Pagar Laut 30 Km di Tangerang ke Meta AI, UAS Sebut Firaun Minder: Ada yang Lebih Hebat

Baca juga: Ngotot Tolak Pagar Laut Tangerang Dibongkar, Kades Kohod Kabarnya Punya Rubicon dan Fortuner

4. Relokasi warga ke area rawan banjir

Selain PIK 2, Arsin juga diduga terlibat dalam proyek lainnya, termasuk pembangunan perumahan elit di kawasan Desa Tanjung Burung, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang.

Warga di desa tersebut, diminta Arsin pindah ke Desa Kalibaru, Kecamatan Pakuhaji, pada 2024, karena akan dibangun perumahan.

Tetapi, menurut warga yang direlokasi, tempat tinggal baru mereka kurang layak karena rawan banjir.

"Di sana (Tanjung Burung) enggak pernah banjir. Tapi, di sini (tanah relokasi) malah tingginya se-paha," ujar Ilham (35), warga Tanjung Burung, Jumat.

Menurut Ilham, lahan relokasi tersebut dulunya adalah sawah yang diuruk.

Atas hal itu, Ilham dan warga Tanjung Burung lainnya menyayangkan kondisi tanah yang diebrikan oleh Arsin.

Ilham bahkan harus menunda pindah ke rumah barunya karena pembangunan terhambat akibat banjir.

"Di sini mah tadinya sawah terus dijadikan tempat relokasi buat warga yang di Tanjung Burung. Ini tuh urukan baru," jelas Ilham.

"Rencananya sebelum Lebaran itu sudah harus ditempati (rumahnya), tapi karena banjir gini ya jadi bingung. Banyak yang mau pindah juga," imbuh dia.

Ilham pun berharap Arsin bisa datang untuk meninjau langsung lahan relokasi.

Ia ingin ada jalan keluar untuk dirinya dan warga Tanjung Burung yang lain agar mendapat ganti rugi secara layak.

"Enggak pernah datang ke sini. Saya sih ingin Pak Arsin datang ke sini terus lihat langsung kondisinya. Biar ada jalan keluar supaya enggak banjir terus-terusan," tukas Ilham.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Berita Terkini