TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terus menggemborkan larangan sekolah berwisata atau study tour ke luar wilayah Jawa Barat.
Larangan ini sebenarnya dikeluarkan oleh Pj Gubernur Jabar yang menjabat sebelum Dedi, dan diteruskan oleh Dedi.
Dedi pun mengaku siap jika dirinya harus dicaci maki atas keputusan dari Pemprov Jabar ini.
"Saya gak ada masalah dicaci maki, dibilang Dedi Mulyadi atau apapun ya, gak ada masalah, karena saya ini orang tua, tindakan-tindakan yang saya lakukan adalah untuk kebaikan semua," kata Dedi Mulyadi dalam unggahan Youtube-nya, Senin (24/2/2025).
Piknik atau study tour sekolah ke luar wilayah Jawa Barat, menurutnya tidak akan jadi masalah bagi orang tua siswa yang kaya.
Namun tidak bagi orang tua siswa yang kuangannya pas-pasan.
"Anda para siswa yang kaya-kaya mungkin tidak ada masalah dengan keuangan keluarga," katanya.
"Tetapi bagi mereka yang orang tuanya pas-pasan, buat makan pun susah, itu harus menimbulkan beban utang, bank emok, pinjol, bank keliling," ungkap Dedi.
Pengusaha Khawatir Jadi Bumerang
Para pengusaha travel atau perjalanan wisata mengaku khawatir dengan kebijakan Pemprov Jabar yang digaungkan Dedi Mulyadi ini.
Meski sekolah bukan satu-satunya langganan para pengusaha travel, tapi dinilai cukup berkontribusi dalam keberlangsungan pengusaha travel.
Hal ini diuangkapkan oleh Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Jawa Barat, Daniel Guna Nugraha.
Menurut Daniel, kebijakan ini dikhawatirkan tidak hanya berdampak pada pengusaha travel wisata, tapi juga tempat wisata itu sendiri.
"Efek pelarangan ini telah menimbulkan kekhawatiran, bukan hanya oleh pelaku industri pariwisata di Jawa Barat tetapi juga menjalar ke Provinsi lain," kata Daniel dikutip dari Tribun Jabar.
Sebab menurut Daniel, contohnya seperti Jawa Tengah, Yogyakarta dan Bali memiliki pasar pelajar terbesar dari Jawa Barat.