Hari Jadi Bogor ke 543

7 Poin Pidato Dedi Mulyadi di HJB 543, Bikin Tugu Setinggi Monas Hingga Kualat Bagi yang Hina Bogor

Penulis: Naufal Fauzy
Editor: Naufal Fauzy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PIDATO KDM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menghadiri Hari Jadi Bogor ke-543, Selasa (3/6/2025).

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menghadiri Hari Jadi Bogor ke-543, Selasa (3/6/2025).

Dalam momen HJB ini, digelar paripurna di Gedung DPRD Kota Bogor yang turut dihadiri Kang Dedi Mulyadi (KDM).

KDM sempat berpidato di hadapan orang-orang yang hadir hingga menimbulkan riuh.

Menggunakan Bahasa Sunda yang kental, Dedi menyampaikan pesan mendalam tentang Bogor yang terkait dengan peradaban Kerajaan Sunda Pajajaran.

Berikut ini beberapa poin isi pidati Dedi Mulyadi di Hari Jadi Bogor:

1. Hari Jadi Jabar

Dedi Mulyadi mengaku bahwa dirinya baru sadar bahwa banyak warga Jawa Barat lupa dengan asal muasal peradabannya.

Sehingga Hari Jadi Bogor ini seharusnya juga bisa disebut Hari Jadi Jawa Barat.

"Saya baru ngeuh, selama ini Jawa Barat berdiri rupanya lupa sama asalnya,
seharusnya ini bukan Hari Jadi Kabupaten Bogor, bukan Hari Jadi Kota Bogor, ini hari jadi Tatar Sunda, Hari Jadi Jawa Barat," kata Dedi.

"Hari jadi harusnya di sini awalnya, pertama tanah Sunda dibangun peradaban dimulai di sini. Meski ibu kota provinsi sudah ada di Bandung, tapi cikal bakal sejarah peradaban dimulainya di sini," imbuhnya.

2. Lupa Leluhur

Dedi meminta orang Sunda tidak takut menceritakan soal leluhurnya, karena leluhur Sunda punya peradaban, ilmu pengetahuan, keahlian dan pemahaman yang kaya.

"Kita hilang ciri hilang cara, kita lupa leluhur kita sendiri, leluhur orang dipuja-puja, leluhur sendiri dibilang musrik," kata Dedi Mulyadi.

3. Pemimpin untuk Masa Depan

Dedi menjelaskan bahwa luluhur Sunda sudah mengajarkan bahwa mereka tidak menulis di air, tapi menulis di batu (Batu Tulis).

Pemimpin juga bisa seperti itu, yaitu meninggal buktinya nyata yang bisa ditengok di masa mendatang (sampeureun jaga).

"Pak wali tak usah khawatir sebab leluhur sudah mengajarkan, kalau jadi pemimpin jangan nulis di dalam air, karena gak ada jejaknya, tapi nulis di batu," kata Dedi.

"Kalau nulis di batu, biar angin kencang, biar orang menghina, biar kalau ada hater yang tak henti-henti, biar diomongin orang, sebab kita nulis di batu, yang tak suka bakal terus tak suka, yang suka bakal terus suka, sebab kita membangun untuk sampeureun jaga (untuk kelak dinikmati anak cucu)," ujarnya.

4. Bangun Tugu Kujang Setinggi Monas

Dedi mengajak kepada Wali Kota Bogor untuk bersama-sama membangun sebuah kampung  yang bernama Kampung Pakuan Pajajaran.

Selain itu ditambah pula dibangun tugu Kujang setinggi Monas.

"Gak apa-apa Pemprov yang membiayai, ini kampung disebutnya Kampung Pakuan Pajajaran, yang menjadi pusar sejarah peradaban Sunda," kata Dedi.

"Mudah-mudahan ke depannya bisa ada juga Tugu Kujang yang tingginya minimal sama dengan Monas," sambung KDM.

5. Jawa Barat Pengaruhi Indonesia

Menurut Dedi, pembangunan tugu Kujang dinilai penting karena Jakarta tempat berdiri Monas hanya memiliki penduduk di bawah 10 juta.

Sedangkan Jawa Barat penduduknya hampir 54 juta jiwa.

"Apa yang ada di Jawa Barat pasti mempengaruhi Indonesia, orang Jawa Barat sehat, orang Indonesia sehat," kata Dedi Mulyadi.

6. Jangan Hina Bogor

Dedi berpesan karena Bogor adalah tanah pusaka Pajajaran, agar tidak banyak dirubah apalagi dirusak.

"Peradaban sudah memperlihatkan, siapa yang mencintai Bogor, hidupnya akan nanjung (berkedudukan tinggi), siapa yang menghina Bogor hidupnya bakal sulit selamanya," kata Dedi.

Dedi pun membeberkan deretan tokoh besar politik Indonesia memiliki ikatan kuat dengan Bogor bahkan menjadikan Bogor sebagai tempat tinggal.

Mulai dari zaman Soeharto dengan pertaniannya dan pembangunan IPB hingga Presiden Prabowo Subianto yang pulangnya juga ke Bogor.

7. Kualat

Dedi menjelaskan alasan kenapa dia ingin membenahi Bogor, sebab jika Bogor terurus maka Jawa Barat tertata.

Sekarang tinggal keberanian dari pemimpin untuk bergerak.

"Saya juga sudah ngajak ke pak Bupati Bogor yuk plang yang dipasang jangan cuma dipasang, tapi harus dengan tindakan," kata Dedi.

"Yang merusak gunung kita robohkan, tak usah takut sebab kita menegakan kampung kita sendiri, siapa yang diam di sini harus menghargai hukum yang ada di sini, gak boleh nulak cangkeng (merasa di atas) di tanah Bogor, kualat nanti sama Raja Pajajaran," ungkapnya.

Baca berita Tribunnews Bogor lainnya di Google News

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Berita Terkini