Tapi pada Rabu keluarga Mang Kus memberi kabar untuk meminta tambahan waktu.
"Rabu keluarganya WA lagi Mang Kus sakit, minta waktu lagi. Sehingga saya ngutus orang. Ternyata Mang Kus sakit gatal-gatal, cenangnya Mang Kus karena pakai sepatunya gak penah dicuci. Kita sudah panggil dokter," katanya.
Meski sudah berobat namun Mang Kus justru tak kunjung kembali.
"Sampai sekarang sudah hari minggu Mang Kus gak ada kabar lagi," katanya.
Dedi Mulyadi menganggap tindakan Mang Kus membawa pengaruh buruk bagi karyawan lain.
"Kalau setiap orang bekerja berdasar kehendak hati tidak memiliki sistem yang dibangun itu nanti gak baik, semangat orang lain menjadi turun. Nanti itu gak baik," katanya.
Baca juga: Tunaikan Janji Kurban untuk Warga Terdampak Longsor di Batu Tulis Bogor, Jenal Mutaqin Beri 1 Sapi
Ia mengatakan sejak bertemu dengannya, urusan Kusnadi sebenarnya sudah selesai semua.
Dedi pun mengaku sebenarnya sedang memantau Mang Kus.
"Saya lagi lihat Mang kus, karena dalam pandangan saya orang polos lugu. Berbagai hal dirinya kan udah beres, utang, pendidkan anak, sudah punya tabungan. Saya lagi berpikir buat dia ke depan, karena belum punya rumah," katanya.
"Ikhlas gak dalam bekerja, mau gak sih bareng sama saya. Ini yang sedang saya perhatikan," tambah Dedi Mulyadi.
Sayangnya Kusnadi justru tak memanfaatkan kesempatan bersama Dedi Mulyadi.
"Padahal menurut saya Mang Kus harusnya memanfaatkan untuk bekerja dengan baik, seingga dia punya masa depan. Dibanding dengan dia megalami perjalanan hidup, berdagang sampai jualan coet ketemu saya," katanya.
Dibanding usaha sendiir, dalam satu bulan Mang Kus sudah mendapat banyak hal dari KDM.
"Satu bulan bareng saya, utang lunas, punya tabungan, gaji bulanan, insentif tiap minggu," kata Dedi Mulyadi.
Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp :
https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t