Sempat Dibatalkan, Donasi Rp 1,5 M untuk Agam Akhirnya Dilanjutkan, Tanpa Potongan Sama Sekali

Editor: Vivi Febrianti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RESCUER PENDAKI DI RINJANI - Dihujat Gara-gara Dapat Donasi Rp 1,3 M, Agam Ternyata Pakai Uang Pribadi Selamatkan Juliana Marins

Tuntutan itu membuat pihak Voaa mengubah keputusan mereka.

Basarnas: Aksi Evakuasi Adalah Kerja Tim

Sementara itu, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mataram menegaskan bahwa proses evakuasi terhadap Juliana Marins bukanlah hasil kerja satu orang, melainkan kerja sama tim.

“Kita tidak bisa mengatakan hanya 7 orang saja yang melakukan evakuasi, itu hanya sebagian tim yang kami tugaskan,” jelas Kepala Kantor SAR Mataram, M. Hariyadi, kepada TribunLombok.com, Senin (30/6/2025).

Hariyadi menyebutkan bahwa dalam setiap operasi evakuasi, seluruh kekuatan digerakkan, termasuk dari unsur Brimob, SAR Lombok Timur, hingga para relawan sekitar Gunung Rinjani.

Para personel dibagi tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.

“Yang pertama didasarkan pada kompetensi yang bersangkutan (tujuh orang yang turun ke tebing) adalah yang memang handal dalam melakukan evakuasi menggunakan skema lifting,” tambahnya.

Tim yang berada di atas bertugas memastikan keselamatan jalur dan alat-alat seperti tali serta dongkrak tetap aman dan siap digunakan oleh tim yang turun ke dasar jurang.

“Kami tidak bekerja sendiri, kami bekerja tim,” tegas Hariyadi.

Evakuasi Juliana di Medan Sulit

Evakuasi Juliana dilakukan dalam kondisi ekstrem. Jurang tempat jenazah ditemukan mencapai kedalaman 600 meter, dengan cuaca yang tidak bersahabat seperti kabut tebal, serta kontur tebing yang terjal dan berpasir.

Khafid As’adi, salah satu petugas Basarnas yang terlibat langsung dalam proses evakuasi, menceritakan bahwa saat tim menjangkau Juliana pada hari Senin, posisi korban sudah tidak bergerak.

“Saat menjangkau Juliana di kedalaman 200 meter terakhir, itu pada hari Senin, setelah terlihat Juliana sudah tidak bergerak lagi, tetap posisi semula, tidak ada pergerakan,” jelas Khafid.

Setelah itu, Khafid langsung menghubungi rekan-rekan sesama rescuer melalui HT dan melanjutkan koordinasi untuk proses evakuasi jenazah menuju atas.

Namun, evakuasi tidak langsung dilakukan saat itu juga karena waktu sudah malam dan kondisi sangat berisiko.

“Jika kita evakuasi malam dengan kabut tebal, kemudian kita tidak bisa lihat batu lepasan, makanya sesuai kesepakatan bersama tim yang lain, kami tidur di tebing, saling mengikat satu sama lain,” ujarnya.

Semangat Kemanusiaan Jadi Penggerak

Khafid juga menegaskan bahwa semangat mereka dalam menjalankan tugas penyelamatan bukan karena tekanan dari netizen, melainkan panggilan hati sebagai tim penyelamat.

“Bagi kami, tugas adalah sebuah kehormatan. Kami terlatih bertugas, bersiaga, karena kami melayani masyarakat Indonesia dengan sepenuh jiwa raga,” pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Donasi Rp 1,5 M untuk Agam Rinjani Sempat Dibatalkan, Kini Dilanjutkan: Apa yang Sebenarnya Terjadi?"

Berita Terkini