Si otak pelaku juga memerintahkan agar korban dijemput paksa.
“Adik kami Eras ini diminta untuk menjemput paksa. Di mana pada saat adik kami Eras dan kawan-kawan menjemput di waktu sore dengan cara paksa,” ungkap Adrianus.
Setelah menculik, mereka mengantar korban ke tempat yang ditunjuk.
Selang beberapa jam, Eras kembali dipanggil untuk mengantarkan korban pulang ke rumahnya.
Saat itu diketahui bahwa korban sudah meninggal dunia.
“Mereka dipanggil lagi untuk mengantar pulang si korban. Pada saat waktu ketemu lagi, di situlah bahwa mereka melihat korban ini sudah tidak bernyawa lagi,” jelas Adrianus.
Dalam kasus penculikan dan pembunuhan kepala cabang bank BUMN ini, korban Mohamad Ilham Pradipta pada 20 Agustus 2025 terakhir kali berada di area parkir sebuah supermarket di kawasan Jakarta Timur.
Terekam CCTV, korban berjalan hendak masuk ke dalam mobilnya yang terparkir.
Namun tiba-tiba keluar beberapa orang pria menyergapnya dari sebuah mobil yang tepat terparkir di samping mobil korban.
Korban terlihat dipaksa masuk ke dalam mobil para penculik itu.
Kemudian pada 21 Agustus 2025, keesokan paginya, korban ditemukan tergeletak tak bernyawa di sebuah lahan kosong di wilayah Cikarang, Kabupaten Bekasi.
Kondisi korban cukup mengenaskan, karena didapati mata, tangan, dan kakinya terikat lakban, lalu tubuh penuh luka lebam sambil mengenakan kemeja batik cokelat dan celana panjang krem.
Tak memakan waktu lama, polisi kemudian menangkap empat penculiknya yaitu RW, AT, RS, dan RAH.
Setelah itu polisi baru menangkap empat aktor utama yang berinisial C, DH, YJ dan AA.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Empat Penculik Kepala Cabang Bank BUMN Diiming-imingi Uang Puluhan Juta"