4 Kejanggalan Kasus Dosen Semarang Tewas Tanpa Busana, Gelagat AKBP Basuki Dicurigai Keluarga Korban

Sederet kejanggalan di balik kematian dosen Untag Semarang bernama Dwinanda Linchia Levi disorot. Termasuk gelagat aneh saksi kunci, AKBP Basuki.

Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
kolase wartakotalive dan Tribun Jateng
DOSEN SEMARANG TEWAS: Sederet kejanggalan di balik kematian dosen Untag Semarang bernama Dwinanda Linchia Levi disorot. Termasuk gelagat aneh saksi kunci, AKBP Basuki yang dicurigai keluarga korban. 
Ringkasan Berita:
  • Jenazah dosen Untag Semarang Dwinanda ditemukan dalam kondisi sangat janggal, membuat keluarga curiga.
  • Polisi AKBP Basuki disorot, karena jadi orang pertama di lokasi dan ternyata satu KK dengan korban.
  • Keluarga mencium keanehan, sementara polisi justru menyebut kematian Dwinanda hanya karena sakit.

 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Deret kejanggalan di balik kematian dosen hukum pidana Universitas 17 Agustus 1945 ( Untag) Semarang bernama Dwinanda Linchia Levi tengah jadi sorotan.

Pasalnya dosen berusia 35 tahun itu ditemukan tewas dalam kondisi tak wajar.

Dwinanda meninggal dunia dengan kondisi tanpa busana tergeletak di dalam kamar kos di hotel Jalan Telaga Bodas Raya pada Senin (17/11/2025).

Di balik kematian Dwinanda, polisi bernama AKBP Basuki jadi sosok yang disorot.

Hal itu lantaran yang pertama kali menemukan jasad Dwinanda di dalam kamar kos adalah AKBP Basuki.

Lantaran fakta tersebut, keluarga mencurigai sosok Kasubdit Dalmas Ditsamapta Polda Jateng itu dalam kasus kematian Dwinanda.

Keluarga korban mengurai sederet kejanggalan dalam kasus tewasnya sang dosen.

Apa saja?

1. Kondisi miris jasad korban

Kejanggalan pertama yang disorot keluarga korban adalah soal kondisi jenazah Dwinanda saat ditemukan.

Ternyata setelah Dwinanda dinyatakan tewas, keluarga sempat dikirimi foto yang memperlihatkan kondisi korban saat ditemukan.

Dalam foto tersebut terlihat korban dalam keadaan telanjang dan telentang di lantai tanpa alas.

Kata keluarga, wajah Dwinanda tampak berbeda seperti biasanya.

Keluarga pun syok melihat keadaan Dwinanda yang mengeluarkan darah dari hidung dan mulut hingga organ intimnya.

"Informasinya ada darah keluar dari hidung dan mulut korban. Sekilas dari foto yang kami terima, ada bercak darah dari bagian intim korban," pungkas kerabat korban bernama Tiwi dilansir dari Tribun Jateng, Rabu (19/11/2025).

"Ini masih membuat keluarga merasa janggal," sambungnya.

2. Alasan AKBP Basuki ke kosan korban

Kejanggalan kedua soal kematian Dwinanda adalah perihal hubungan antara korban dengan sang polisi yang pertama kali menemukannya.

Untuk diketahui, ABKP Basuki adalah saksi kunci dalam kasus kematian Dwinanda.

Hal tersebut karena Basuki yang pertama kali menemukan jenazah sang dosen di kamar kosannya pukul 05.30 Wib.

Kedatangan AKBP Basuki ke kosan Dwinanda setelah subuh itulah yang disorot publik.

Ketua Umum Komunitas Muda Mudi Alumni Untag Semarang, Jansen Henry Kurniawan pun mengurai kecurigaan akan hal itu.

Diungkap Jansen, selama ini Dwinanda dikenal berstatus lajang alias belum menikah.

Sedangkan AKBP Basuki merupakan polisi yang usianya lebih tua dari korban yakni 56 tahun. 

"Kematian ini adalah sesuatu yang tidak wajar sebab ditemukan tewas ketika pukul 05.30 WIB atau sekitar pagi-pagi dan kenapa ada seorang oknum polisi yang merupakan saksi kunci kebetulan ada di tempat kejadian perkara," kata Jansen dikutip dari Kompas.com.

Hal yang membuat Jansen curiga dengan AKBP Basuki adalah karena dialah yang melapor pertama kali perihal kematian Dwinanda.

"Oknum polisi ini yang mengabarkan kematian korban ke resepsionis hotel, Polsek Gajahmungkur dan tim Inafis Polrestabes Semarang," imbuh Jansen.

Baca juga: Kebersamaan AKBP Basuki dengan Dosen Semarang yang Tewas di Hotel, Beda 18 Tahun, Kini Saksi Kunci

3. Hubungan AKBP Basuki dengan korban

Setali tiga uang dengan Komunitas alumni Untag yang mencurigai AKBP Basuki, keluarga korban juga mengurai hal serupa.

Tiwi menyebut keluarga sempat heran dengan sosok Basuki.

Terlebih belakangan baru terbongkar fakta bahwa ternyata korban tercatat di kartu keluarga (KK) yang sama dengan AKBP Basuki.

"Korban satu KK dengan saksi pertama (Basuki), katanya sebagai saudara. Kecurigaan muncul saat adik saya menanyakan alamat korban, ternyata mereka tercatat dalam KK yang sama," pungkas Tiwi.

Padahal selama ini kata Tiwi, Dwinanda tidak pernah menceritakan sosok Basuki sama sekali.

Keluarga mendapatkan informasi bahwa Dwinanda dimasukkan ke KK Basuki supaya bisa pindah KTP ke Semarang.

DOSEN TEWAS DALAM KAMAR - Dosen Hukum Pidana Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Dwinanda Linchia Levi ditemukan tewas dalam kamar di Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/11/2025).
DOSEN TEWAS DALAM KAMAR - Dosen Hukum Pidana Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Dwinanda Linchia Levi ditemukan tewas dalam kamar di Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (17/11/2025). (Ist)

4. Tak hadiri autopsi korban

Dari informasi soal KK korban dan Basuki yang sama, keluarga Dwinanda mengurai pertanyaan lain.

Keluarga bingung, jika memang Basuki sedekat itu dengan korban sampai memasukkannya di KK yang sama, kenapa Basuki tidak hadir saat proses autopsi korban.

Keluarga mengaku sempat menunggu Basuki hingga sore hari tapi tak kunjung datang.

"Kalau namanya saudara, seharusnya hadir, tapi sampai sore dia tidak datang," ujar Tiwi.

Sementara itu perihal penyebab kematian korban, pihak kepolisian menguak fakta mengejutkan.

Kapolsek Gajahmungkur AKP Nasoir menjelaskan bahwa kematian korban diduga karena sakit, bukan pembunuhan.

Baca juga: Curhat Penyesalan Polisi Muda Usai Habisi Dosen, Bripda Waldi Ungkap Fakta Baru Soal Alasan Membunuh

Dugaan soal penyakit korban itu terkuak setelah rekam medisnya terungkap.

Sebelum menghembuskan napas terakhir, Dwinanda ternyata sempat menjalani pengobatan di rumah sakit.

"Penyebab kematian korban diduga karena sakit. Sebab, dua hari berturut-turut (15-16 November 2025) korban berobat ke Rumah Sakit Tlogorejo Semarang," kata AKP Nasoir.

Berdasarkan rekam medis korban, tercatat bahwa tensi darah Dwinanda menunjukkan angka tinggi yakni 190 mmHg dan kadar gula darah 600 mg/dl.

Selain itu, terkait jasad korban, penyidik dari Tim Inafis Polrestabes Semarang tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh Dwinanda.

Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News  

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved