Kebohongan Otak Penculikan Kacab Bank BUMN, Ingkar Janji ke Serka N Eksekutor Ilham Pradipta

Terungkap kebohongan yang dilakukan oleh C alias Ken, otak penculikan Kepala Cabang Bank BUMN Muhammad Ilham Pradipta.

|
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
Kolase Instagram dan Ist
KACAB BUMN DICULIK - Kebohongan Otak Penculikan Kacab Bank BUMN, Ingkar Janji ke Serka N Eksekutor Ilham Pradipta 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Terungkap kebohongan yang dilakukan oleh C alias Ken, otak penculikan Kepala Cabang Bank BUMN Muhammad Ilham Pradipta.

Saat ditangkap oleh penyidik Polda Metro Jaya, Ken mengaku sudah lama tidak bertemu dengan tersangka DH alias Dwi Hartono.

Ken ditangkap di rumahnya, kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) pada 24 Agustus 2025.

Kala itu Ken mengaku terakhir kali bertemu dengan Dwi sekitar dua bulan lalu, yakni Juni 2025.

"Saya terakhir ketemu sama Dwi itu di Hotel Fairmont," kata Ken dikutip dari Youtube Jacklyn choppers is back, Kamis (18/9/2025).

"Satu, dua bulan yang lalu," jawabnya.

Namun saat ditanya apa yang dibicarakan oleh dia dan Dwi, Ken pun malah menjawab hal lain.

"Ngobrol tentang dari, eh apa, di House Of Yuen," kata Ken.

Kemudian ia juga menyinggung soal adanya permintaan rekening dari Dwi.

Rupanya pengakuan Ken saat pertama kali diinterogasi oleh penyidik itu bohong.

Faktanya, Ken dan Dwi Hartono intens melakukan pertemuan beberapa hari sebelum menculik Ilham Pradipta.

Hal itu diungkap Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra saat rilis pada Selasa (16/9/2025).

"Pada tanggal 30 Juli 2025, C alias Ken bersama dengan pelaku atas nama DH dan AAM melakukan pertemuan, hal tersebut dikarenakan C alias K memiliki informasi data terkait rekening dormant yang ada di Bank BRI," kata Kombes Pol Wira Satya Triputra dikutip dari Kompas.com, Kamis.

Pada pertemuan itu, kata Wira, C alias Ken menyampaikan adanya upaya-upaya sebelumnya untuk mendekati kepala cabang namun tidak pernah berhasil.

"Maka pekerjaan pergeseran dana tersebut akan berhasil apabila dilakukan dengan dua opsi ataupun dua metode," kata dia.

Opsi pertama yakni melakukan pemaksaan dengan kekerasan dan ancaman kekerasan, setelah itu korban akan dilepaskan.

"Kemudian opsi kedua, melakukan pemaksaan dengan kekerasan dan atau ancaman kekerasan, dan apabila berhasil maka korban akan dihilangkan atau dalam arti kata korban akan dibunuh," jelasnya.

Selanjutnya pada 31 Juli 2025, lanjut Kombes Wira, C alias K bersama DW dan AAM kembali melakukan pertemuan untuk membahas apakah akan dilaksanakan opsi satu atau opsi dua.

Baca juga: Kacab Bank BUMN Tak Lagi Parkir Mobil di Rumah Seminggu Sebelum Dibunuh, Sudah Curiga Nyawa Terancam

"Lalu pada 12 Agustus 2025 C bersama DH berkomunikasi melalui WA, di dalam komunikasi itu mereka memutuskan untuk memilih opsi satu. Yaitu melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, setelah itu korban dilepaskan," kata dia.

Kemudian pada tanggal 16 Agustus 2025, pelaku DH mengajak JP di salah satu tempat di sekitar Kota Wisata Cibubur.

"Apakah memiliki kenalan dari kelompok preman atau kelompok yang bisa membantu kegiatan ini, boleh dari sipil atau aparat. Kemudian JP menindaklanjuti untuk mendatangi rumah saudara N (Serka N)," ungkapnya.

Lalu pukul 20.00 WIB dilakukan pertemuan kembali yang dihadiri oleh DH, JP, AAM, dan N. Dengan tujuan untuk membahas terkait persiapan penculikan terhadap korban.

"18 Agustus dilaksanakan pertemuan kembali, dihadiri oleh DH, AAM, JP, dan N di salah satu cafe di Kota Wisata daerah Cibubur. DH dan AAM bertugas untuk menyiapkan tim," ujarnya.

Ingar janji

Rupanya para otak pelaku ini ingkar janji kepada para eksekutor.

Awalnya mereka merencanakan akan membawa Ilham Pradipta ke safe house.

Namun rupanya hal itu batal karena rumah tersebut ternyata didatangi orang lain.

Danpomdam Jaya/Jayakarta Kolonel Cpm Donny Agus Priyanto mengatakan, anggotanya yang berinisial Serka N ikut menganiaya korban Ilham Pradipta karena terus memberontak.

"Saat itu serka N ikut memegangi korban, memegangi dada korban agar tidak berontak," kata dia.

Mereka kemudian menunggu informasi dari DH, otak pembunuhan namun tak kunjung mendapatkan kabar.

"Karena tim tidak datang dan korban terus melawan, diduga dalam kondisi lemas, serka N dengan mengendarai mobil berhenti di persawahan menurunkan korban dengan memegang kepala, JP mengangkat kaki," tuturnya.

Korban, kata dia, dibuang sekitar dua meter dari mobil yang dikendarai.

"Setelah korban diletakan, Serka N, JP dan D pergi meninggalkan lokasi tersebut," jelasnya.

Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya adalah AKBP Abdul Rahim mengatakan, korban sudah dianiaya oleh tersangka mulai dari mobil Avanza.

Ada lima tersangka dalam klaster penculikan, yakni E, REH, JRS, AT, dan EPW.

Di dalam mobil tersebut, korban sudah dianiaya para pelaku karena terus memberontak.

"Di avanza terjadi pemukulan oleh tim penculik, saat dilakban dan diikat korban melakukan perlawanan sehinggan tim penculik ini melakukan pemukulan, sehingga sampai dia lemas dan bisa diikat tangan dan dilakban," jelas Abdul Rahim.

Kemudian setelah diserahkan ke mobil Fortuner hitam, korban lanjut dipukuli oleh para tersangka.

Baca juga: Bayaran Fantastis yang Didapat Serka N dan Kopda FH untuk Eksekusi Kacab Bank BUMN, Bisa Beli Mobil

Di mana di dalam mobil itu terdapat Serka N, JP, MU, dan DSD.

Korban lagi-lagi dipukuli oleh tersangka karena berusaha memberontak.

"Setelah diserahkan ke mobil Fortuner, korban juga dipukuli karena memberontak terus, tidak menurut," katanya.

Karena terus melawan, Ilham pun semakin dipukuli hingga lemas dan tak berdaya.

"Sehingga korban terus dipukuli sehingga lemas, tidak berdaya lagi, kemudian dibuang," katanya.

Ia juga mengatakan kalau Ilham dibuang dalam kondisi masih hidup.

"Menurut tersangka pada saat dibuang masih bergerak, tapi sudah lemas," tandasnya.

Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp :

https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved