Siasat Licik AKBP Basuki Agar Bisa Tinggal Bareng Dosen Dwi di Hotel, Korban Sampai Tewas Kelelahan
AKBP Basuki rupanya punya siasat licik agar bisa tinggal bareng dengan dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Dwinanda Linchia Levi.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- AKBP Basuki rupanya punya siasat licik agar bisa tinggal bareng dengan dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Dwinanda Linchia Levi (35) di kamar hotel.
Hotel itu rupanya dijadikan kamar kos oleh Dwinanda Linchia Levi, yang berasal dari Jakarta.
Dosen muda itu ternyata tak tinggal sendirian, melainkan tinggal bersama dengan AKBP Basuki.
Di kamar kos itulah Dwinanda ditemukan tewas tergeletak tanpa busana pada Senin (17/11/2025).
Bahkan dari organ intim dan telinganya, disebutkan keluar darah.
Hasil otopsi lisan menyatakan, korban mengalami pecah jantung akibat aktivitas berlebihan.
Orang yang pertama kali melaporkan adalah AKBP Basuki.
Awalnya ia mengaku datang ke kamar kos itu untuk mengecek kondisi Dwinanda.
Namun belakangan terungkap kalau AKBP Basuki dan dosen Dwi tinggal bersama.
AKBP Dwi pun kini ditahan dalam penempatan khusus selama 20 hari oleh Bidan Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) Polda Jawa Tengah.
Ia ditahan karena terbukti melanggar Kode Etik Profesi Polri karena tinggal satu atap dengan Dwinanda Linchia Levi tanpa ikatan perkawinan sah.
"AKBP B dipatsus selama 20 hari, terhitung mulai 19 November hingga 8 Desember 2025 karena melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri," kata Kabid Propam Polda Jateng Kombes Saiful Anwar.
Penahanan itu, kata dia, dialakukan setelah AKBP B terbukti melanggara kode etik terkait tinggal bersama perempuan tanpa ikatan perkawinan sah.
"Tindakan ini sebagai langkah awal agar proses pemeriksaan dapat berjalan secara profesional, transpara, dan sesuai ketentuan yang berlaku," jelasnya.
Untuk bisa tinggal bersama dengan dosen Dwi yang bukan istrinya, AKBP Basuki rupanya memasukkan nama korban ke dalam kartu keluarganya.
Secara administrasi bahwa antara korban dan AKBP Basuki tercatat dalam satu KK, dengan alamat yang sama di sebuah perumahan di Kedungmundu, Tembalang, Kota Semarang.
Kerabat korban, Tiwi, menuturkan bahwa keluarga baru menyadari fakta ini saat memeriksa alamat korban.
“Iya, korban satu KK dengan saksi pertama (AKBP B), katanya sebagai saudara. Kecurigaan muncul ketika adik saya menanyakan alamat korban dan saksi pertama kok sama, ternyata mereka satu KK,” kata Tiwi.
Keluarga mengaku selama ini tidak mengetahui keberadaan Basuki dalam kehidupan Dwinanda.
Baca juga: Status Hubungan AKBP Basuki dan Levi di KK, Dosen yang Tewas di Hotel, Gabung dengan Istri Sah
Informasi tambahan menunjukkan Dwinanda dimasukkan ke KK Basuki untuk mempermudah pengurusan perpindahan KTP ke Semarang.
Padahal, Basuki sendiri telah berkeluarga dan bertugas di Direktorat Samapta Unit Dalmas Polda Jawa Tengah.
Basuki menegaskan tidak ada hubungan asmara dengan Dwinanda.
Ia hanya mengenal korban karena rasa simpati sejak orang tua Dwinanda meninggal, bahkan sempat membiayai proses wisuda doktor Dwinanda.
“Saya sudah tua. Tidak ada hubungan seperti yang orang pikirkan,” katanya.
Kegiatan berlebih
Para proses autopsi yang dilakukan Selasa (18/11/2025) di RS Kariadi Semarang, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
Terungkap Dwinanda meninggal lantaran jantungnya pecah.
Diduga korban sempat melakukan aktivitas berat sebelum meninggal dunia.
"Hasilnya infonya tidak ada tindakan kekerasan tapi ada indikasi kegiatan yang berlebihan dan jantungnya sobek," kata Tiwi.
Kendati demikian, Tiwi tak mengetahui pasti aktivitas seberat apa yang dilakukan Dwinanda sebelum kematiannya.
Baca juga: Jantung Dosen Dwi Pecah karena Kelelahan, Keberadaan AKBP Basuki di Hotel Terungkap, Tinggal Bareng?
"Kami tidak tidak tahu aktivitas berlebihan seperti apa sampai kondisi tubuh korban telanjang dan jantung sobek, ini yang perlu polisi usut tuntas," lanjut Tiwi.
Padahal, sehari sebelum kematiannya, Dwinanda mengalami gangguan kesehatan.
Kapolsek Gajahmungkur AKP Nasoir menjelaskan, korban dua hari berturut-turut sempat berobat ke RS Tlogorejo.
“Dari rekam medis terakhir, tensinya mencapai 190 mmHg dan gula darahnya 600 mg/dL. Ia hanya dianjurkan rawat jalan,” kata Nasoir.
Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp :

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.