Bantahan Keras Teman Sekelas Dita, Bomber Surabaya, Banyak Kejanggalan Unggahan Ngawur Ahmad Faiz
"Saya coba mengingat kapan Dita ini pernah dipanggil BP. Saya juga bertanya pada teman-teman lain. Tak ada"
Penulis: Yuyun Hikmatul Uyun | Editor: Yuyun Hikmatul Uyun
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Polri sudah langsung mengidentifikasi pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Surabaya adalah Dita Supriyanto.
Bapak ini menyertakan istri dan empat anaknya untuk melakukan bom bunuh diri. Keenam pelaku itu tewas dengan tubuh hancur lebur.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian kepada media menyampakan bahwa pelaku adalah anggota jemaah JAD. Kelompok ini tidak lain adalah sel jaringan ISIS.
"Dita adalah Ketua JAD (jaringan Ansarut Daulah) Surabaya. Jaringan ini kaitannya dengan JAT (Jaringan Ansarut Tauhid). Keduanya terkait dengan ISIS," kata Tito.
Pimpinan mereka adalah Abdurahman yang yang saat ini ditahan di Mako Brimob. Jaringan mereka adalah terkait dengan jaringan teroris ISIS.
Baca: Jasadnya Sempat Ditolak, Ini Kisah Ibu yang Ajak Anaknya Bom Bunuh Diri, Pernah S2 di Australia
Gelagat Dita Supriyanto rupanya telah dirasakan oleh adik kelasnya semasa di Sekolah Menengah Atas (SMA), Ahmad Faiz Zainuddin.
Melalui akun Facebooknya, Ahmad Faiz menceritakan perilaku Dita yang sudah mengarah kepada paham radikalisme terhadap islam.
Saat mendengar kabar bahwa kakak kelasnya itu melakukan aksi keji tersebut, Ahmad Faiz mengaku sudah tak kaget lagi.
Karena menurut tulisannya, pahan ekstrimisme itu telah tertanam kuat sejak tiga puluh tahun yang lalu.
Baca: Sering Dengar Suara Berisik Hingga Selokan Kotor, Tetangga Bomber Surabaya Ungkap Fakta Mengejutkan
Baca: Sering Dengar Suara Berisik Hingga Selokan Kotor, Tetangga Bomber Surabaya Ungkap Fakta Mengejutkan
Unggahan Ahmad Faiz ini mendapat cercaan dari teman-teman dekat Dita saat SMA.
Ahmad pun membela dirinya saat hadir menjadi bintang tamu di Indonesia Lawyers Club.
"Mereka ini siapa? tahu benar? Mereka ini hanya tahu fisiknya saja, tapi tak tahu alam pikirnya," ujarnya.
"Memusuhi, tapi tak kelihatan dari luar. Ini tahunya dari lingkaran dalam," bela Ahmad.

Baca: Mengintip Rusunawa Kediaman Anton Ferdiantono, Teroris yang Doktrinnya Ditolak Anak Sendiri
Baca: Sering Dengar Suara Berisik Hingga Selokan Kotor, Tetangga Bomber Surabaya Ungkap Fakta Mengejutkan
Ahmad Faiz ini merupakan adik kelas Dita. Saat Dita lulus, Ahmad baru masuk SMA.
Ahmad angkatan 1995. Sementara Dita angkatan 1991.
Maka dari itu, Karni Ilyas, selaku pemandu acara bertanya:
"Tahu dari mana kamu soal alam pikir Dita itu ternyata anut paham radikal? Kan belum ketemu di sekolah."
Ahmad ini mengaku mengenal Dita dari pengajian di luar sekolah.
Dita sudah bergabung dengan lingkaran kelompok yang anut paham Islam radikal.
"Kalau teman-teman yang gak di lingkaran tersebut, ya lihatnya biasa-biasa saja," ujar Ahmad.
Baca: Ayahnya Gugur Saat Bertugas, Bocah Ini Diantar 70 Polisi Saat Pertama Kali Masuk Sekolah
Baca: Kawasan Stadion Pakansari Masih Jadi Tempat Favorit Untuk Ngabuburit Saat Bulan Puasa
Tak hanya itu, acara ILC ini juga menghadirkan teman sekelas Dita Supriyanto, Janes Silitonga.
Teman sekelas Dita ini membantah keras apa yang dibagikan Ahmad Faiz.
Gak pernah ketemu Dita tapi sok tahu. Hal tersebut malah nantinya akan menimbulkan fitnah yang tidak benar.
Ia pun memberikan klarifikasi soal unggahan Ahmad Faiz.
"Dita yang kami kenal, dia tidak ada pemikiran radikal. Pemikiran seperti teroris.
Yang kami kenal selama 3 tahun, Dita tidak seperti yang digambarkan Ahmad Faiz," tutur Janes.

Janes juga mengaku Dita ini akrab dengan teman-teman lain yang berbeda agama.
Apalagi Janes ini seorang Kristen. Janes dan Dita berteman akrab dan selalu di kelas yang sama sejak kelas satu SMA 5 Surabaya.
Dita juga akrab dengan Nyoman, teman yang memutuskan jadi muslim padahal keluarganya itu Hindu semua.
Janes juga mengatakan Surabaya ini kota yang toleran.
Baca: Merokok Batalkan Puasa atau Tidak ? Ini Jawaban dan Penjelasannya
Bahkan ketika Ahmad bilang Dita ini ikut organisasi rohis, Janes mengklarifikasi saat itu belum ada rohis.
Yang ada hanya SKI atau Seksi Kerohanian Islam.
"Dita ini tidak ada anti terhadap kita. Tidak ada. Tapi tidak tahu kalau sesudah itu. Karena selama SMA Dita tidak seperti yang dijabarkan Ahmad," ujar Janes.

Mengenai unggahan Ahmad mengenai Dita ini pernah dipanggil BP, Janes malah mempertanyakannya.
"Saya coba mengingat kapan Dita ini pernah dipanggil BP. Saya juga bertanya pada teman-teman lain. Karena kalau seorang siswa dipanggil BP pasti akan jadi bahan gunjingan. Karena bisa dianggap bandel," ujar Janes menohok yang ditujukan kepada Ahmad.
"Saat Ahmad masuk, kami sudah tamat. Kami tidak tahu informasinya dari mana," ujarnya.
Baca: Sering Dengar Suara Berisik Hingga Selokan Kotor, Tetangga Bomber Surabaya Ungkap Fakta Mengejutkan
Janes pun mengingatkan kepada Ahmad.
"Jangan terjadi generalisasi. Misalkan aktif di musala maka semua kegiatan di musala itu ada bibit-bibit radikal.
Kalau ada yang ganjil, maka laporkan saja. Jangan ada generalisasi karena hal tersebut akan membuat masyarakat khawatir," katanya lagi.

Baca: Doa Buka Puasa 2018 -Tak Disangka Ternyata Punya Makna Luar Biasa di Dalamnya
Ia juga kembali mengingatkan Ahmad Faiz.
"Kalau memang ada bibit radikalisasi, maka coba telusuri benar. Bibitnya itu dari mana.
Kalau memnag ada brain wash maka coba telusuri dengan dengan benar, siapa pelakunya, sejak kapan, kejadiannya dimana," tegas Janes.
Karni pun kembali menegaskan kalimat yang disampaikan Janes kepada Ahmad Faiz.
Ahmad pun kembali membela diri.
Ahmad mengunggah status itu menceritakan soal kakak kelasnya dan anggota kelompok yang bibit-bibit radikal.
Begini video selengkapnya: