Pengamen Tewas Ditusuk
Ini Kalimat Yang Dirindukan Adik Kandung Ikhsanudin Sebelum Ngamen, "Neng AA Ganteng Gak?"
Setiap pulang mengamen Ikhsan sering kali membagikan hasil mengamennya itu kepada adik adiknya.
Penulis: Lingga Arvian Nugroho | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR SELATAN - Sudah tiga hari berlalu, kepergian Ikhsanudin, pengamen yang tewas ditusuk pada Minggu (4/9/2016) meninggalkan luka yang mendalam bagi keluarganya.
Bagaimana tidak, sebelum berangkat keluar rumah untuk ngamen, Ikhsan berdandan rapi dan berkata pada adiknya Siti tentang penampilannya.
"Neng, aa ganteng ga," kenang Siti menirukan ucapan kakanya.
Siti pun tak menyangka kalau ucapan itu dan pertemuan malam itu adalah terakhir kalinya ia bertemu dengan sang kakak.
Setiap pulang mengamen Ikhsan sering kali membagikan hasil mengamennya itu kepada adik adiknya.
"Kadang aa dapat Rp 100 ribu nanti di bagi ke adik-adiknya, hampir setiap pulang ngamen aku dikasih jajan," ujar Siti sembari mengusap matanya.
Bukan hanya itu bahkan Ikhsan pun berpesan kepada adik adiknya sehari sebelum ia meninggal.
"Aa bilang jagain mamah, jangan pada nakal, aa titip yah, kalau pulang sekolah jangan main langsung pulang biar bisa jagain mamah," ucap siti yang disusul isak tangis.
Neneng Kurniasih (41) ibunda Ikhsan hingga kini hanya bisa pasrah dan terus mendoakan anaknya.
"Saya berdoa agar anak saya tersenyum, yang saya enggak terima kalaunmemang sudab ajalnya kenapa harus dibunuh, dan siapa yang tega kaya gitu," ucap Neneng.
Neneng menceritakan biasanya Ikhsan mengamen di bundaran Jalan Raya Tajur, dekat PDAM.
Sering Tidur di Jalan
karena kontrakannya yang sempit, Ikhsan kerap kali menginap di rumah kawannya ataupun di jalan.
"Iya Ikhsan sering tidur di luar atau nginep di rumah temannya, mungkin dia kasihan sama adik-adiknya kalau tidur di rumah kan sempit banget, tapi saya sering bilang Ikhsan enggak apa-apa tidur di rumah aja bareng-bareng, adiknya enggak apa-apa kok," ujar Neneng, ibunda Ikhsanudin sambil terus berlinang air mata.

 
			
 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											