Mahasiswa IPB Ciptakan Penangkal Radikal Bebas Dari Ekstrak Kayu Secang
Ekstrak kayu secang mengandung lima senyawa aktif jenis flavonoid yang berfungsi sebagai anti oksidan.
Penulis: Soewidia Henaldi | Editor: Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Peningkatan populasi manusia yang tidak terkontrol menyebabkan peningkatan kebutuhan penggunaan kendaraan bermotor.
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor berdampak pada peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang merupakan hasil pembakaran tidak sempurna sehingga konsentrasi radikal di udara bebas ikut mengalami peningkatan.
Hal ini semakin diperparah oleh menipisnya lapisan ozon yang memicu penyinaran sinar UV matahari melebihi ambang batas
sehingga akumulasi radikal bebas semakin bertambah.
Akumulasi radikal bebas berbahaya ini dapat mengakibatkan ancaman kesehatan pada manusia.
Kondisi yang memprihatinkan tersebut rupanya menarik perhatian beberapa mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa.
Melihat kasus radikal bebas yang berbahaya dan mengancam kesehatan, lima mahasiswa yang terdiri dari Rafiq Izzudin Rabbani, Deli Situmorang, Irsyadul Ibad, Ilham Maulidin, dan Amar Muammar Qadafi mencari solusi melalui penemuan anti oksidan yang dapat mengatasi radikal bebas.
"Anti oksidan dalam pengertian biologis adalah semua senyawa yang dapat meredam dan atau me-nonaktifkan serangan radikal
bebas," ujar Raffiq Izzudin dalam keterangan persnya.
Dia menjelaskan, salah satu sumber anti oksidan alami yang potensial adalah kayu secang.
Ekstrak kayu secang mengandung lima senyawa aktif jenis flavonoid yang berfungsi sebagai anti oksidan.
Senyawa aktif tersebut teruji secara ilmiah bersifat anti oksidan, anti bakteri, anti inflamasi, anti photoaging, menurunkan kadar lemak, merelaksasikan pembuluh darah, melindungi hati dan anti jerawat.
Ekstrak kayu secang juga diduga berkhasiat sebagai anti tumor, anti virus, dan lain-lain.
Hasil ekstraksi kayu secang (Caesalpinia sappan L.) telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dalam bentuk minuman, khususnya di daerah Sulawesi Selatan karena dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Namun, nyatanya khasiat yang diperoleh masyarakat belum maksimal karena ekstraksi yang umum digunakan masyarakat seperti maserasi dan infusi masih memiliki banyak kelemahan.
Kerugian utama dari metode maserasi adalah memerlukan waktu yang lama, pelarut yang digunakan cukup
banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang.
Kerugian dari metode infusi adalah kandungan senyawa yang ada pada kayu secang dapat rusak.