Pengalaman Tak Terduga Dokter Tangani Pasien Kecelakaan, 'Saya Berlutut Di Samping Tempat Tidurnya'
"Saya jatuh dari motor dok. Udh dua jam dipinggir jalan, baru ada mobil bak yg lewat akhirnya mengangkut kami dan motor kami"
Tiba2 teman saya menarik saya, "Gi, Gi! Udh gi, cukup! Tadi kita udh rjp juga, udh! Pupilnya udh midriasis maksimal. Bapak udh ga ada gi" saya terjatuh berlutut disamping tempat tdrnya sambil menatap bpk tdk percaya. "Pak, anak bpk selamat pak, anak bapak sehat.."
Setetes air mata keluar membasahi pipi saya. "Innalillahiwainnailaihiroji'un"
Stase bedah memang ga jauh dari kondisi jurang kematian. Kadang kita merasa sebagai pagar ditepi jurang yang menahan orang2 jatuh menuju kehidupan kekal yg tdk memiliki jalan kembali. Apakah kita berhasil mencegah semua org tidak terjatuh? Tentu tidak.
Kadang dtg pasien dengan kondisi seperti bola salju yg menggelinding terus membesar, memburuk, memberat kondisinya. Dimana kita berusaha sekuat tenaga menahan laju Bola Salju itu dengan segala cara dan dgn segala hal yang kita miliki.
Bola salju raksasa itu akan tetap menembus pagar bahkan bisa merusaknya, kita hanya bisa diam dan melihatnya jatuh menjauh dan menjauh.
Disaat itulah nampak jelas keterbatasan kita sebagai dokter. We are just human in the midst of chaos and calamity. sebagai manusia yang tidak berhak dan tidak akan mampu untuk tinggi hati mengatakan diri sebagai Sang penakluk kematian.
Kita menjadi sangat amat sadar bahwa usia itu memang di tanganNya. Begitu pula rejeki dan jodoh.
Seperti yg Allah katakan pada Surat An-Nahl Ayat 61
"..fa-idzaa jaa-a ajaluhum laayasta/khiruuna saa'atan walaa yastaqdimuuna"
Artinya: “..Apabila telah tiba waktunya bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya”.
Sehingga tugas kita yang masih hidup ini hanyalah berdoa dan terus berusaha mencari RidhoNya, memantaskan diri sehingga Allah mau memberikan kita Usia yg panjang dan penuh berkah, Rezeki halal yg berlimpah dan Jodoh yang indah lagi mengindahkan." begitulah cuitan terakhir dr Gia diakun twitternya @GiaPratamaMD pada Jumat (26/1/2018).