Kisah Abah Ngora, Satukan Warga Pribumi dan Tionghoa Di Kampung Pulo Geulis Usai Merantau

Pada saat itu warga pribumi menjaga jarak dengan warga tionghoa yang tinggal dan beribadah di Klenteng Pan Kho Bio.

Penulis: Aris Prasetyo Febri | Editor: Yudhi Maulana Aditama
TribunnewsBogor.com/Aris Prasetyo Febri
Abraham Halim alias Abah Ngora, tokoh masyarakat di Kampung Pulo Geulis, Bogor Tengah, Kota Bogor 

Meski saat ini terjadi perselisihan antar warga yang berbeda agama, Bram mengaku dia dan masyarakat Kampung Pulo Geulis tidak merasa khawatir.

"Alhamdulillah kami hidup disini tetap berdampingan, rahasianya harus saling menghargai, menghormati, dan tidak saling mengganggu," tuturnya.

Bram menceritakan momen yang paling dia ingat kepada TribunnewsBogor.com,

"Waktu banjir besar di tahun 1967, 1980, dan 1986 airnya naik banyak barang-barang yang hanyut," kata Bram.

Menurut ceritanya, warga dengan sigap saling membantu untuk menjaga agar tidak ada korban jiwa dan kerugian yang lebih besar.

"Nilai-nilai kebersamaan ini insyaallah terus dijaga sampai selamanya, itu harapan saya," ungkap Bram.

Akan tetapi Bram mengatakan hal itu bukan berarti dapat dilakukan tanpa hambatan.

"Tantangannya bagaimana agar anak muda jaman sekarang mengerti akan keberagaman dan kerukunan," kata Bram.

"Selain itu juga harus waspada dengan warga pendatang jangan sampai merusak nilai yang sudah ada," tambahnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved