13 Jenazah Pelaku Teror Ditolak Keluarga dan Terlunta-lunta, Begini Nasib Mirisnya Sekarang!

Keluarga Puji Kuswati (pelaku peledakan tiga gereja), yang keras menolak bila tersangka dimakamkan di Banyuwangi, daerah kelahirannya.

Penulis: Yuyun Hikmatul Uyun | Editor: Yuyun Hikmatul Uyun
tribun bogor
kolase 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Tiga hari pasca ledakan tiga gereja di Surabaya, belum ada satupun keluarga dari 13 tersangka tewas, yang datang ke RS Bhayangkara.

Dari 13 tersangka tersebut merupakan kumpulan dari ketiga keluarga yang menjalankan aksi di lokasi yang berbeda.

Kejadiannya pun berlangsung sejak Minggu (13/5/2018) hingga Senin (14/5/2018).

Pada peledakan tiga gereja, ada enam pelaku bom bunuh diri tewas di lokasi yang tersebar di Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan GPPS Arjuno.

Kemudian berlanjut tiga korban tewas dari pasangan suami istri dan satu anak di Rusun Wonocolo Blok B Lantai 5, Sidoarjo.

Menyusul, tewasnya keluarga Tri Murtiono beserta istri dan dua anaknya pada peledakan di depan gerbang Mapolrestabes Surabaya.

Ledakan bom di 3 gereja di Surabaya
Ledakan bom di 3 gereja di Surabaya (Kolase Foto TribunBogor)

Baca: Pemprov DKI Berniat Lepas Saham di Perusahaan Bir, DPRD: Saya Menyayangkan Keputusan Itu

Pasca tewasnya 13 tersangka teroris, menurut Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin belum ada keluarga yang datang untuk mengambil jenazah.

Mengingat beberapa dari pihak keluarga dan warga menolak adanya pemakaman jenazah teroris di kawasan mereka.

Salah satu contohnya dari keluarga Puji Kuswati (pelaku peledakan tiga gereja), yang keras menolak bila tersangka dimakamkan di Banyuwangi, daerah kelahirannya.

Pihak keluarga tidak menginginkan jenazah dimakamkan di Banyuwangi, karena Puji bukanlah warga Banyuwangi.

Meski dia memiliki hubungan kerabat dan orangtuanya juga tinggal di Banyuwangi, pihak keluarga tetap tak ingin jenazah dimakamkan di Banyuwangi.

Apalagi Puji sudah sejak lama berpisah dengan keluarga di Banyuwangi, dan diasuh oleh bibinya di Magetan.

keluarga Dita Supriyanto, Firman pakai baju merah
keluarga Dita Supriyanto, Firman pakai baju merah (istimewa)

"Sampai hari ini belum ada keluarga korban yang datang untuk melihat ataupun mengambil jenazah yang sudah kita indentifikasi semuanya," kata Irjen Pol Machfud Arifin, Selasa (15/5/2018).

Keluarga mereka tak mau mengakui dan datang untuk mengambil jenazah para bomber dan terduga teroris tersebut.

Baca: Tiba di Surabaya Lalu Bom Meledak, Begini Jawaban Kapolri Saat Ditanya Apakah Intelijen Kecolongan?

Hingga Rabu (16/5/2018), tak ada seorang pun yang mau mengakui dan datang ke RS Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi jenazah dan pencocokan data primer dan sekunder.

"Ini untuk ketiga kalinya, mohon supaya keluarga Dita, Anton dan Tri bisa hadir ke RS Bhayangkara," ujar Kabid Humas Polda Jatim Frans Barung Mangera.

korban saat dibawa Ambulance menuju Rumah Sakit
korban saat dibawa Ambulance menuju Rumah Sakit (TribunJatim)

Padahal, kedokteran forensik dan DVI RS Bhayangkara Polda Jatim, kata Barung sangat butuh data dari keluarga terduga teroris untuk mencocokan dengan jenazah.

"Ini terakhir, permohonan, nanti kami akan mengumumkan ke akun-akun resmi Polres jajaran," jelas Barung.

Baca: Jelang Siang Lalu Lintas Simpang Pomad Lancar Menuju Arah Polresta Bogor Kota

Namun dari pihak Polda Jatim telah merencanakan, bila tidak ada pihak korban yang datang mengambil jenazah, tersangka maka akan dimakamkan pihak Polda Jatim.

Untuk saat ini, batas akhir dari keputusan Polda Jatim untuk melakukan pemakaman dari 13 jenazah teroris ini adalah 7 hari.

"Tujuh hari kedepan lah, bisa kordinasi dengan Pemprov dan tokoh agama," imbuhnya.

"Bila tidak ada keluarga yang datang dalam jangka waktu yang kita sediakan, maka kita akan kubur jenazah sesuai dengan agama mereka," tambah Irjen Machfud Arifin.

"Tapi untuk lokasi pemakamannya akan kita siapkan," tutupnya di Media Center Polda Jatim.

Baca: Jelang Siang Lalu Lintas Simpang Pomad Lancar Menuju Arah Polresta Bogor Kota

Jenazah Puji Kuswati Diterima Warga untuk Dimakamkan di Magetan

Warga dan aparat Desa Krajan, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan bersedia menerima jenazah Puji Kuswati, bomber di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Surabaya, bersama kelima anggota keluarganya, suami dan empat anaknya untuk di makamkan di pemakaman umum desa setempat.

Kepala Desa Krajan Mujiono mengatakan, bumi dan isinya merupakan milik Tuhan YME, sehingga pihaknya dan warga tidak punya hak untuk menolak jika keluarga Puji Kuswati dimakamkan di desanya.

"Itulah yang jadi pertimbangan kami dan warga disini (Desa Krajan) bersedia menerima jenazah Puji Kuswati dan keluarganya," ujarnya kepada Surya, Rabu (16/5/2018).

Baca: Persija Gagal Melaju ke Final Piala AFC, Pemain Ini Kena Nyinyir The Jak

Apalagi, sejak kecil hingga menempuh pendidikan di perguruan tinggi kesehatan di Surabaya, Puji Kuswati tinggal di Desa Krajan, bersama Pakde Rijan (80) dan almarhum Bude Sukar. Tepatnya di RT8/RW 2, Desa Krajan, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan.

"Jadi bagaimanapun, Puji Kuswati warga kami, meski sudah lama berdomisili di Surabaya, tapi Pakde dan almarhum Budenya dini," jelas Mujiono.

Saat ini, pihaknya masih menunggu keputusan sepupu Puji Kuswati dari Jakarta.

"Jadi tidaknya dimakamkan di sini ya tinggal menunggu berita dari sepupunya itu," katanya.

Namun hingga kini, sepupu Puji ini masih belum memberikan keputusan soal setuju atau tidak Puji dan keluraga dimakamkan di Magetan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved