Soeharto Minta Pizza Sebelum Meninggal dan Ucapkan Firasat Kepada Anak-Anak, 'Ingin Menyusul Ibumu'

Mengenang saat-saat terakhir sang ayah, putri pertama Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut membagikan kisah harunya.

Penulis: yudhi Maulana | Editor: Damanhuri
dok. tututsoeharto.id
Foto terakhir kebersamaan anak-anak dengan Soeharto sebelum meninggal pada 27 Januari 2018 

Bapak menjawab pelan tapi tegas: “Saya mau menghadap kiblat.”

Postingan foto di akun Facebook Siti Hediati Soeharto SE.
Postingan foto di akun Facebook Siti Hediati Soeharto SE. (Dok. Facebook/Siti Hediati Soeharto SE)

Akhirnya, kami ikuti keinginan bapak. Suweden, salah seorang yang selalu setia menemani bapak, dibantu Sigit memutar tempat tidur menghadap kiblat. Dan bapak melakukan ibadah sholat tahajud. Subhannalloh.

Kesokan harinya (satu hari sebelum beliau wafat), tim dokter seperti biasanya, memeriksa kesehatan bapak. Selesai diperiksa, bapak memanggil saya.

“Wuk, Tutut, sini kamu deket bapak.”

“Dalem bapak. Bapak ngersaaken menopo. (menginginkan apa),” mendekat saya menjawab.

“Ora (tidak)… Bapak mau bicara. Dengarkan baik-baik,” bapak menjawab lirih.

“Ada apa tho bapak,” bingung saya menyaut.

“Bapak sudah tidak kuat lagi. Bapak ingin menyusul ibumu,” kata bapak.

“Bapak jangan ngendiko (bicara) begitu, Insya Allah bapak akan sembuh kembali,” saya menjawab mulai merinding.

Paha Ruben Onsu Tiba-tiba Berdarah Usai Cuci Muka, Sarwendah : Yang, Ini Kayak di Sinetron

Yenny Wahid Dukung Jokowi-Maruf, Kader Demokrat: Satu Perahu dengan Cak Imin yang Kudeta Gus Dur

“Kamu dengarkan wuk. Kamu anak bapak yang paling besar, sepeninggal bapak nanti, tetap jaga kerukunan kamu dengan adik-adikmu, cucu-cucu bapak dan saudara-saudara semua. Kerukunan itu akan membawa ketenangan dalam hubungan persaudaraan, dan akan memperkuat kehidupan keluarga. Selain itu Allah menyukai kerukunan. Ingat pesan bapak…, tetap sabar, dan jangan dendam. Allah tidak sare (tidur),” bapak memberi nasehat dengan lirih.

Saya tak dapat menahan air mata saya, tapi saya tidak mau bapak terbebani juga dengan kesedihan saya, saya sampaikan ke bapak: “Bapak jangan ngendiko (bicara) begitu.”

Bapak memegang tangan saya sambil berucap: “Jangan sedih, semua manusia pasti akan kembali kepada-Nya. Tinggal waktunya berbeda. Bapak tidak akan hidup selamanya. Kamu harus ikhlas, Insya Allah kita akan bertemu suatu saat nanti, di alam lain. Dekatlah, dan bersenderlah (bersandar) selalu kalian semua hanya kepada ALLAH. Karena hanya Dia yang pasti bisa membawa kita ke sorga. Doakan bapak dan ibumu.”

Saya terdiam takut, tak dapat menahan air mata.

Setelah istirahat sebentar, bapak melanjutkan pesannya: “Bapak bangga pada kalian semua anak-anak bapak. Selama ini menemani bapak terus. Bapak menyayangi kalian semua, tapi bapak harus kembali menghadap ILLAHI,” bapak berhenti sebentar terlihat capek, tapi saya tidak berani memotongnya, lalu bapak meneruskan lagi bicaranya.

“Teruskan apa yang sudah bapak lakukan, membantu masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kita. Jaga baik-baik yayasan yang bapak bentuk. Manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk membantu masyarakat,” berhenti sejenak. “Jangan kalian pakai untuk keperluan keluarga.”

Cerita Soeharto Digebuk Kepalanya Oleh Demonstran, Sri Bintang Pamungkas Sampai Kena Imbasnya

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved