Panitia Sebut Reuni 212 Gerakan Moral, Pengamat : Kehadiran Prabowo Itu Merupakan Pernyataan Politik
Menurut pengamat politik dan budayawan, Reuni 212 ini sangat kental muatan politiknya dibanding sekedar gerakan moral.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Ardhi Sanjaya
Bahkan kata dia, orang awam pun bisa dengan sangat jelas melihat bahwa Reuni 212 ini bernuansa politik.
"Gerakan moral itu beda nuansanya, beda wujudnya, beda cita-citanya, dan cita rasanya sekaligus. Ini cita rasanya, ya politik, bau-baunya ya politik. Orang tidak perlu jadi ahli politik untuk menyebut bahwa ini peristiwa politik," katanya masih dalam tayangan yang sama.
• Ketika Mahfud MD Komentari Reuni 212 - Akui Tak Diundang : Banyak yang Tak Hadir Imannya Lebih Kuat
Meski begitu, menurutnya masih banyak yang beralasan dengan mengatakan kalau Reuni 212 itu merupakan gerakan moral.
"Sementara gerakan moral itu jauh dari politik, gerakan moral itu hanya tawaran alternatif dari persoalan ruwet yang dihadapi orang banyak," jelasya.
Mohamad Sobari pun menjelaskan bahwa gerakan politik itu hanya satu pilihan di antara banyak pilihan yang membuat publik mengalami suatu ketegangan, dan gerakan moral merupakan pilihan yang tidak bermaksud sama sekali menyentuh dunia dan wilayah politik.
"Gerakan moral hanyalah suara untuk memberi Anda perspektif yang bukan politik apapun. Tetapi kalau tujuannya agak relatif jelas, dan itu melawan dan menyatakan tidak suka pada Pak Jokowi, gerakan moral seperti apa itu? Itu gerakan politik," tandasnya.
Ini videonya :