Puluhan Tahun Tinggal Di Gubuk Reot, Mak Jinah Berharap Diperhatikan Pemkab Bogor
Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang canangkan oleh pemerintah tampaknya belum dirasakan oleh Mak Jinah.
Penulis: Tsaniyah Faidah | Editor: Damanhuri
Menurut Agus, untuk merenovasi rumah berbahan dasar kayu dan sulaman bambu tersebut butuh biaya besar.
Jangankan untuk memperbaiki gubuk reot orangtuanya, untuk makan sehari-hari saja ia masih kesulitan.
"Kalau lagi ada kerjaan terus dapat uang paling hanya cukup kami makan," tambahnya.
Saat TribunnewsBogor.com melihat kondisi rumah Mak Jinah, didalam rumah tersebut hanya berisi barang-barang yang sudah lapuk dimakan usia.
Bahkan, lantainya hanya beralaskan tanah serta dinding yang sudah lapuk dimakan usia.
Di sudut ruangan nampak tungku kayu untuk memasak, di sudut lain ada perabotan memasak dan lemari kayu yang diletakkan di atas dipan.

Lantaran kondisinya yang sudah renta, Mak Jinah sudah tidak dapat lagi bekerja.
Bahkan pendengaran dan penglihatannya sudah mulai berkurang.
Untuk berjalan pun, Mak Jinah terseok dan membungkuk, terkadang dipapah oleh anaknya sendiri.
"Emak nggak bisa dengar. Harus ngomong agak keras di dekatnya," cerita Agus.
Dalam perbincangan dengan TribunnewsBogor.com, Mak Jinah ingin gubuk reotnya diperbaiki.
Sebab nenek yang memiliki 6 orang anak ini ingin sekali bisa tidur dan beristirahat di rumah yang dulu pernah didiami bersama suami tercinta.
"Emak nggak mau rumahnya dirubuhin. Maunya dibenerin, buat istirahat," ucap Agus.
Agus pun berharap, ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Bogor agar ibunya bisa merasakan tinggal dirumah sendiri dengan nyaman tanpa dihantui ketakukan tertimpa gubuknya yang sudah reot tersebut.