Fakta Pelajar 15 Tahun Hendak Demo ke DPR Tewas, Izin Pulang Telat hingga Sempat Titip Motor
Bagus Putra Mahendra (15), pelajar SMA yang tewas saat hendak berdemo ke DPR, sempat menitipkan sepeda motor dan tas ke temannya.
Tercatat sebanyak 150 pelajar diamankan Polres Metro Jakarta Utara karena membuat kericuhan di Jalan Gunung Sahari pada Rabu siang.
Pantauan TribunJakarta.com pukul 22.15 WIB, para tua ini beramai-ramai menunggu dipanggil petugas yang telah mendata anak-anak mereka.
Tampak di wajah para orangtua cemas saat menunggu dipanggil polisi masuk guna menjemput anak mereka.
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Budhi Herdi Susianto menjelaskan kepada para orangtua perihal anak-anak mereka yang membuat kerusuhan saat bergerak menuju ke Gedung DPR RI.
"Kami mengamankan putra-putra bapak ibu semua, karena tadi putra-putra bapak ibu semua hendak melaksanakan aksi, tapi tujuannya nggak jelas," ujar Budhi.
"Sehingga kami mengamankan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," Budhi menjelaskan.
Budhi juga menegaskan bahwa polisi tidak menahan para pelajar ini. Namun, polisi hanya mengamankan dan mendata ratusan pelajar ini.
Yastri, seorang ibu dari salah satu pelajar SMK Tanjung Priok 1, mengaku ingin menjemput anaknya.
Ia mendapat kabar bahwa anak laki-lakinya itu hendak mengikuti demo ke Gedung DPR RI.
"Saya jemput anak saya. Dia ikut-ikutan ngikut demo," kata Yastri.
Menurut Yastri, anaknya tidak izin saat hendak ikut demo bersama teman-temannya yang lain.
Yastri pun mengaku tak setuju anaknya ikut demo.
Selain karena tanpa seizinnya, Yastri yang sedang sakit ingin agar anaknya menjaganya di rumah ketimbang ikut demo.
"Nggak tahu sayanya, saya lagi sakit di rumah, nggak izin. Dia sekolah TM Kapal Tanjung Priok. Ya nggak setuju lah. Saya kan nggak tahu," ucap Yastri.
Yastri pun berharap tindakan kepolisian yang melakukan pengamanan bisa menimbulkan efek jera bagi anaknya.
"Ya harapannya supaya sekolah yang benar, nggak ikut-ikutan demo," ucap Yastri.
Permintaan Anies
Menyikami demo kemarin banyak diikuti pelajar, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswesan mengeluarkan instruksi.
Isinya meminta Dinas Pendidikan dan seluruh Kepala Suku Dinas Pendidikan untuk mendata pelajar hari ini.
Mengingat, sejumlah siswa STM dan SMA terlibat aksi rusuh di depan Gedung DPR-MPR, Rabu (25/9/2019).
Anies meminta kepada seluruh pihak sekolah untuk memastikan keberadaan siswa selama proses jam belajar di sekolah berlangsung.
"Hari ini, saya berlakukan absensi cacah jiwa bagi semua untuk kita mendeteksi bila ada anak yang tidak diketahui keberadannya," ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (26/9/2019).
"Tadi pagi, saya sudah instruksikan kepada Dinas Pendidikan, para Kepala Sekolah, untuk memastikan keberadaan semua siswa didik di Jakarta," sambung Anies.
Anies ingin agar seluruh siswa di Jakarta jelas keberadaannya.
Jika kedapatan tak ada di sekolah, maka para guru ditugaskan untuk menghubungi orangtua murid di rumah.
Jika siswa tidak juga ada di rumah, maka sekolah harus mencari tahu keberadaan anak.
"Kita ingin agar setiap anak dipastikan kondisinya aman," bebernya.