Hentikan Debat soal UN, Sophia Latjuba Bikin Penonton Mata Najwa Riuh : Bukannya Raport Udah Cukup?
Sophia Latjuba sampaikan pernyataan yang menuai perhatian saat menjadi narasumber program Mata Najwa yang dipandu Najwa Shihab.
Penulis: Mohamad Afkar S | Editor: Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Hadir di program Mata Najwa bahas wacana penghapusan Ujian Nasional (UN), Artis Sophia Latjuba sampaikan pernyataan yang menuai perhatian.
Sophia Latjuba hadir sebagai Tokoh Publik Peduli Pendidikan.
Dalam program yang dipandu Najwa Shihab ini, Sophia Latjuba ikut bersuara terkait wacana penghapusan Ujian Nasional.
Lewat sejumlah pernyataanya, Sophia Latjuba tampak setuju dengan langkah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Sophia Latjuba bahkan mendapat respons bagus dari penonton atas pernyataan yang dilontarkannya dalam program Mata Najwa ini.
Misalnya saja ketika dirinya menanggapi pembahasan terkait seleksi masuk sekolah SMP maupun SMA.
Mulanya, Sophia Latjuba memotong perdebatan antara Anggota Komisi X DPR Fraksi Gerindra, Sudewo dengan Komisioner KPAI, Retno Listyarti.
• Arti Mimpi Menangis di Depan Makam, Pertanda Akan Menikah? Ini Kata Ustaz Abdul Somad
• Donald Trump Dimakzulkan DPR, Dua Presiden AS Ini Juga Pernah Bernasib Sama
• Bela-belain Pulang dari RS Cabut Selang Infus, Agnez Mo Sabet Gelar Musisi Perempuan Terfavorit
• Jumlah Penambahan Penerbangan ke Bali Turun Drastis di Natal dan Tahun Baru 2020
Perdebatan tersebut berawal dari Sudewo mempertanyakan bagaimana bentuk seleksi masuk sekolah bila Ujian Nasional dihapus.
"Yang saya pertanyakan bentuk seleksinya apa, kalau UN tidak ada?" ucap Sudewo seperti dikutip TribunnewsBogor.com dari tayangan Youtube Najwa Shihab, Kamis (19/12/2019).
Pertanyaan Sudewo itu langsung dijawab oleh Plt Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Totok Suprayitno.
Totok menjelaskan bahwa dalam penerimaan siswa sekolah SMP dan SMA dapat dikategorikan menjadi sistem zonasi, prestasi dan afirmasi.
"Nanti ada minimal 50 persen penerimaan siswa berbasiskan pada zonanya, kemudian sisanya afirmasi anak yang mendapat kartu Indonesia Pintar (KIP) dari keluarga kurang beruntung, kemudian maksimal sampai 30 persen anak yang berprestasi," jelas Totok.

Ia pun menejelaskan, dalam meluluskan siswa, sekolah tidak hanya sekadar memberikan nilai akademik saja namun juga menyangkut kemampuan spesifik siswa.
Begitu juga dalam penerimaan siswa baru. Pihak sekolah tak hanya mempertimbangkan besarnya nilai dalam menerima siswa baru.
"Yang diberikan oleh guru, sekolah untuk meluluskan anak-anak tidak hanya nilai tapi bisa portofolio siswa," ujarnya.