Kejanggalan Sikap Ayah Bunuh Siswi SMP Lalu Dibuang ke Gorong-gorong, Sejak Awal Sudah Bohongi Guru
Sikap ayah dari siswi SMP yang ditemukan tewas di gorong-gorong sejak awal dianggap Psikolog tak rasional
Penulis: Mohamad Afkar S | Editor: Ardhi Sanjaya
"Saya kira sikap ayahnya Delis ini tak rasional. Apalagi berani membohongi gurunya yang datang mencari anaknya saat itu pertama itu. Kedua ketidakhadirannya ke pemakaman dan tak berkunjung ke rumah duka itu ada kejanggalan," jelas Rikha kepada Kompas.com di kantornya, Kamis (13/2/2020).
• KRONOLOGI Guru di Sumbawa Ditombak saat Akan Pergi Mengajar, Korban Jatuh, Aksi Pelaku Berlanjut
• FOTO-FOTO Suasana Restoran Rindu Alam Puncak Bogor Setelah Tutup, Masih Ada Aktivitas Karyawan
Seusai dengan ilmu psikologi, lanjut Rikha, seorang ayah sedikitnya akan terpanggil jika anak kandungnya mengalami sesuatu yang buruk.
Meskipun, kondisinya selama ini telah bercerai dengan istri sekaligus ibu dari anak kandungnya tersebut.
Adapun selama ini sang ayah tersebut mengaku memiliki penyakit hilang ingatan, tentunya itu menjadi tanda tanya publik dan seharusnya bisa dibuktikan dengan kajian medis secara ilmiah.
"Menurut saya tak bisa juga ayahnya itu mengaku hilang ingatan dan tega tak hadir di pemakaman putri kandungnya, itu anak kandungnya loh. Kalau bukan anak kandungnya kajiannya mungkin lain," ungkap Rikha.
Kronologi pembunuhan
Dilansir dari Kompas.com, Budi Rahmat mencekik anaknya sendiri hingga tewas karena kesal dimintai uang oleh korban untuk biaya study tour.
Sesuai informasi dari kepolisian setempat, kejadian bermula saat korban mendatangi tempat kerja ayahnya sepulang sekolah dengan menumpangi angkutan umum, Kamis (23/1/2020) sore.
Setibanya di tempat kerja pelaku, yaitu salah satu rumah makan di Jalan Laswi, Kota Tasikmalaya, korban bertemu dengan ayahnya dan meminta uang Rp 400.000 untuk study tour sekolahnya ke Bandung.
Pelaku memberi uang kepada korban Rp 300.000 kepada korban.
Sebagian di antaranya, Rp 100.000 hasil pinjaman dari bosnya.
Namun uang pemberian ayahnya tidak cukup untuk membayar biaya study tour yang totalnya Rp 400.000.
Korban pun kembali meminta kekurangannya.
Di sana lah pelaku emosi dan membawa korban ke rumah kosong lalu membunuhnya dengan cara dicekik.
"Karena korban merasa pemberian uang ayahnya kurang, korban dibawa ke rumah kosong dan sempat cekcok dengan pelaku. Lokasi rumah kosong itu dekat dengan tempat kerja pelaku sekaligus TKP pembunuhan terjadi," jelas Kepala Polres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto saat konferensi pers, Kamis (27/2/2020) siang.