Breaking News

Kisah Kakek Nali Pengrajin Gula Aren Asal Rumpin Bogor, Berjuang di Dalam Gubuk Seorang Diri

Sendirian di dalam gubuk di tengah hutan adalah profesi yang dilakukan Nali (52) dalam setiap harinya.

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
Gubuk Nali yang biasa digunakan untuk membuat gula aren ditengah hutan 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, RUMPIN - Sendirian di dalam gubuk di tengah hutan adalah profesi yang dilakukan Nali (52) dalam setiap harinya.

Dia bekerja di tengah lereng perbukitan hutan yang cukup jauh dari pemukiman penduduk kawasan Kampung Cijantur, Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.

Dalam kesehariannya, kakek Nali mengaku hanya sendirian di dalam gubuk berukuran sekitar 2x3 meter dari pagi hingga sore hari memproduksi gula aren murni dengan metode tradisional.

Bahkan Nali juga setiap harinya bekerja di tengah hutan tanpa ditemani radio, tv apalagi internet.

"Saya udah lima tahunan kerja ini. Iya, saya kerjanya sendirian. Setiap hari berangkat jam 04.30 WIB, pulang jam 17.30 WIB," kata Nali disela-sela kesibukannya saat ditemui TribunnewsBogor.com di gubuknya.

Meski begitu, Nali mengaku tak pernah merasa kesepian atau pun bosan.

Selain itu, Nali ini merupakan salah satu dari sekian pembuat gula aren di Kampung Cijantur, Desa Rabak, Kecamatan Rumpin dengan cara dan metode yang sama di wilayah yang merupakan salah satu sentra pengrajin gula aren murni di Bogor ini.

Dia biasa melakukan pengambilan cairan pohon aren (pohon kaung) yang disebut cairan lahang di hutan dengan cara diteteskan ke dalam bambu penampung semalaman.

Kemudian pagi hari bambu tersebut diambil lalu isinya dituangkan ke wajan besar tanpa campuran apapun dan diletakan di atas tungku api di dalam gubuk sampai jadi gula.

Pembuat gula aren di pelosok Rumpin, Kabupaten Bogor.
Pembuat gula aren di pelosok Rumpin, Kabupaten Bogor. (istimewa)

Untuk proses memasak cairan aren ini, Nali bahkan tak bisa keluar gubuk selama 5 jam belum termasuk waktu pencetakan dan pengemasan gula menggunakan daun aren kering.

Selama waktu tersebut, Nali harus bertahan di dekat tungku api berbahan bakar dari kayu kering itu.

"Soalnya kalau saya tinggalin apinya nanti takut mati, terus lahangnya kalau ditinggalin nanti takut tumpah," kata Nali.

Selama lima jam tersebut, Nali secara terus menerus memantau tungku pemasakan gula aren yang menggunakan wajan atau kuali ukuran besar itu.

Dalam beberapa saat sekali, dia mengipas api agar tidak padam dan juga mengipas cairan aren ketika terlihat berbuih agar tidak tumpah dari wajan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved