Kisah Kakek Nali Pengrajin Gula Aren Asal Rumpin Bogor, Berjuang di Dalam Gubuk Seorang Diri
Sendirian di dalam gubuk di tengah hutan adalah profesi yang dilakukan Nali (52) dalam setiap harinya.
Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Damanhuri
Nali mengatakan bahwa dia punya alasan terkait kenapa harus bekerja membuat gula aren di tengah hutan.
Selain itu, para pembuat gula aren lainnya di kampung tersebut juga melakukan hal yang sama seperti Nali.
"Karena jauh dari rumah, ini pohon-pohon arennya. Kalau lahangnya dibawa ke rumah, dipikul jauh, terus terjal karena ini hutan. Lebih baik lahangnya dibuat jadi gula di sini, baru dibawa ke rumah," kata Nali.
Permintaan gula aren naik
Nali mengaku bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini, usahanya tersebut sama sekali tidak terdampak.
Bahkan malah mengalami peningkatan permintaan gula murni.
Harga jual gula aren murni ini pun kata dia kini juga ikut naik dari harga biasanya Rp25-30 ribu.
"Iya sekarang jadi banyak yang mesen. Harga gula aren ketengan sekarang agak tinggi, Rp30-35 ribu per gulung (dua butir)," kata Nali.
Namun, banyaknya permintaan gula aren murni menurutnya sulit diimbangi.
Sebab, saat dia mencari cairan lahang dari pohon aren di hutan, cairan yang didapat tidak menentu.
"Yang pesen ada terus, abis bulan puasa kemarin saya juga gak libur-libur. Tapi, dapat lahang kadang sedikit, kadang banyak, tergantung pohonnya," ungkap Nali.