Sosok Caswara, Bocah 10 Tahun yang Hidup Sendiri di Saung Tengah Rawa dan Semak Belukar
Caswara adalah bocah yang sehari-hari berprofesi sebagai pemulung dan selama ini hidup sendiri di satu saung di tengah rawa dan semak belukar di satu
Tak hanya itu, kata Dedi, ia dan Maula Akbar bekerjasama dengan pengurus RW setempat bakal mendirikan bank sampah.
"Caswara ini kan sehari-harinya memulung. Nanti bersama teman-temannya di sekitar rumahnya, akan diminta memunguti sampah plastik. Setelah sampah plastiknya terkumpul, bisa ditukar dengan telur agar anak-anak itu tumbuh sehat," kata Dedi.
Bocah Ini Hidup Sendiri di Saung di Tengah Rawa dan Semak Belukar, tapi Tubuh dan Pakaiannya Bersih
Waktu menunjukkan pukul 00.30 dinihari. Suasana lewat tengah malam di pinggiran kampung di Purwakarta, Jawa Barat itu gelap gulita.
Baca juga: Kisah Kakek Nali Pengrajin Gula Aren Asal Rumpin Bogor, Berjuang di Dalam Gubuk Seorang Diri
Saat itu seorang bocah laki-laki terlihat sedang mengais tumpukan sampah. Tangan kanannya memegang alat pengais sampah, sedangkan tangan kirinya memegang karung bekas.
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi yang kebetulan melewati daerah itu pun menghentikan laju kendaraannya dan menghampiri bocah pemulung itu.
"Kemudian saya tanya. Sedang nyari apa? Dia jawab sedang memungut sampah plastik. Lalu saya tanya rumahnya dimana? Dia jawab gak punya rumah," kata Dedi Mulyadi menceritakan pertemuan malam itu dengan bocah pemulung tersebut.
Setelah menyapa seperti itu, Dedi Mulyadi lalu mengajaknya berbicang lebih jauh.
Diketahui bocah itu bernama Caswara berusia 10 tahun dan mengaku berasal dari Cipeundeuy, Kabupaten Subang.
"Setelah saya ajak bicara pelan-pelan, dia akhirnya mengaku mencari makan dan tinggal sendiri di satu saung di tengah rawa dan semak belukar," kata Dedi.
Baca juga: Misteri Siswi SMA Hilang 5 Hari saat Cari Sinyal, Lemas di Gubuk, Korban Sulit Teriak Minta Tolong
Penasaran dengan pengakuan bocah itu, Dedi Mulyadi lalu mengantarkan Caswara ke saung yang disebut menjadi tempat tinggalnya selama ini.
Untuk menuju saung itu jalannya berliku-liku. Dan benar saja saung itu terletak di tengah rawa dan semak belukar. Suasananya terasa sepi dan hening.
Saung itu terlihat seadanya. Hanya berupa tonggak-tonggak kayu bekas dengan atap terpal plastik bekas. Lantainya tanah.
Caswara mengaku selama ini ia tinggal sendiri, siang malam di saung butut itu.
Untuk menghindari gigitan nyamuk karena begitu banyak nyamuk beterbangan di dekat saung, ia membakar kardus bekas yang biasa dipakai menyimpan telur.