Cerita Satu Keluarga Tinggal di Poskamling, Hampir Setahun Tidur Beralaskan Kardus : Tak Ada Uang
Meski dari kelompok warga miskin, Soleh mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Meski demikian, Zahra dan Putri menyimpan impian yang tinggi. Zahra ingin menjadi dokter, sementara Putri ingin menjadi pesilat.
“Kalau saya ingin jadi dokter,” kata Zahra.
Namun, keduanya tidak bisa belajar dan tidur dengan nyaman. Sebab tempat yang mereka tinggali kini sangat terbatas.
Mereka juga tidak punya buku untuk belajar.
Keseharian mereka hanya bermain di sekitar poskamling dan ikut ayahnya bekerja.
Baca juga: Sapu Bersih Laga Penyisihan, Kapten Voli Putri Jawa Barat Sebut Kekuatan Tim di PON Papua Merata
Pengakuan warga
Sementara itu, Anang Bahtiar Dwi Utomo, warga setempat mengatakan, Solehuddin juga sempat menumpang tinggal di rumah warga di dekat rumahnya.
Namun karena rumah itu sudah dibangun, akhirnya Solehuddin pindah ke poskamling yang tidak dipakai tersebut.
“Dia izin pada pemilik tanah, ternyata diperbolehkan,” tutur dia.
Setiap harinya, Solehuddin bekerja sebagai buruh kasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dia berharap keluarga tersebut mendapat perhatian dari pemerintah, terutama pendidikan anaknya.
“Saya juga sebagai Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinsos memohon mungkin ada yang berdonasi untuk kelayakan tempat tinggal dan kehidupan mereka,” papar dia.
Dia juga berharap ada kepedulian dari pemerintah agar kedua anak tersebut bisa kembali sekolah demi masa depan mereka.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Jember Widy Prasetyo menambahkan sudah meminta anggotanya untuk melakukan asesmen.
Rencananya dia akan mengunjungi Solehuddin dan anak-anaknya.
“Teman-teman Dinsos sudah saya minta asesmen,” tutur dia.
Sumber: Kompas.com/Tribun Madura
Artikel ini telah tayang di TribunMadura.com dengan judul Kisah Satu Keluarga Tinggal di poskamling dari Bambu, Tidur Beralas Kardus dan Berdinding Kain