Kisah Harun Al Rasyid Mantan Penyidik KPK Kini Mengurus Pesantren di Bogor: Kangen Ungkap Korupsi
Mantan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kini banyak yang beralih profesi usai tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK)
Penulis: Reynaldi Andrian Pamungkas | Editor: Damanhuri
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Reynaldi Andrian Pamungkas
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, TANAH SAREAL - Mantan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kini banyak yang beralih profesi usai tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK)
Salah satunya Harun Al Rasyid yang kini memilih mengurus Pesantren Kiromim Baroroh Maiyyatullah yang berlokasi di Perumahan Bukit Kayumanis, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.
Harun mengatakan yayasan yang juga sebagai pesantren ini dibangun 2 tahun lalu untuk orang-orang yang ingin belajar agama kini sudah dihuni oleh 40 santri.
"Suatu saat ingin menjadikan komplek ini menjadi tidak eksklusif, agar bisa menyatukan orang-orang dari perkampungan sekitar," papar ayah 9 anak ini saat ditemui TribunnewsBogor.com, Rabu (13/10/2021).
Pria yang memiliki hobi bermain bola ini mengatakan dahulu komplek ini tidak difasilitasi sarana ibadah.
"Setelah memilih tanah yang cocok tepatnya di depan rumah, dibangunlah Musholla Baitul Ilmi yang sudah berdiri sejak lamanya di KPK, 16 tahun," terangnya.
Hampir setiap harinya banyak sumbangan dan bantuan berdatangan ke yayasan dari teman-teman KPK juga kerabat Harun lainnya.
Harun mengakui, kegiatannya setelah TWK sama dengan kegiatannya selama akhir pekan pada masa-masa di KPK.
"Kegiatan dari setelah sholat Subuh membaca almatsurat pagi, setelah sholat Dzuhur tadarus, abis sholat Ashar almatsurat petang, setelah sholat Maghrib waktu mengaji untuk anak-anak dan setelah isya kembali mengajar ngaji di yayasan," terangnya.
Mantan Penyelidik Utama KPK ini mengakui setelah diberhentikan dari KPK dirinya masih ada rasa menggebu-gebu untuk menangani kasus.
"Perasaan kangen pasti ada, bila kedepannya dengan adanya tawaran untuk bergabung dan itu memang hal yang positif pasti diberikan jalannya," katanya.
Diberhentikannya dari KPK tidak membuat Harun dan 75 rekannya yang juga diberhentikan, selalu update mengenai kasus dan terkadang mengisi kegiatan anti korupsi.
Pria kelahiran Madura 25 September 1975 ini mengakui setelah Kapolri memberikan tawaran untuk bergabung, saat ini sedang mempertimbangkan aspek-aspek teknis maupun administrasi yang disusun oleh kepolisian.
"Hampir 80 persen teman-teman akan menerima tawaran itu tapi semuanya harus benar-benar jeli melihat apa yang akan diberikan kepada kita," ungkapnya.