Kisah Pilu Bocah Yatim Piatu Dianiaya hingga Kukunya Dicabut, Bibirnya Dibakar

Menurut Iptu Deni Miharja, hasil temuan sementara, M mengalami luka di kaki bahkan di mulut diduga bekas luka bakar.

Penulis: Damanhuri | Editor: Ardhi Sanjaya
Tribun Pekanbaru
Ilustrasi 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Nasib pilu dialami seorang bocah Yatim Piatu di Sukabumi, Jawa Barat.

Bocah berinisial M tersebut menjadi korban penganiyaan.

Meski usianya sudah 13 tahun, namun M merupakan anak berkebutuhan khusus.

Sehingga, belum diketahui secara pasti siapa yang melakukan penganiayaan tersebut kepada M.

Bocah yang tinggal di Kecamatan Tegalbuleud Kabupaten Sukabumi atau dekat dengan kawasan Pantai Ujunggenteng ditubuhnya menderita sejumlah luka mengerikan.

"Korban sudah tidak mempunyai orang tua karena sudah meninggal dunia," kata Kapolsek Tegalbuleud Iptu Deni Miharja, Jumat (3/12/2021).

Baca juga: Kisah Pilu Gadis Panti Asuhan, Jadi Korban Perkosaan Hingga Dianiaya Istri Pelaku

Menurutnya, sejak kedua orangtua korban wafat, M tinggal bersama kakeknya

"Korban tinggal bersama kakeknya yang sudah tidak bisa beraktivitas," jelasnya.

Berdasarkan keterangan saksi, selain sudah tak memiliki kedua orangtua, korban juga memiliki keterbelakangan mental.

Menurut Iptu Deni Miharja, hasil temuan sementara, M mengalami luka di kaki bahkan di mulut diduga bekas luka bakar.

Hasil pemeriksaan sementara, kuku korban tampak terlepas dari jarinya.

"Diketahui luka di bagian kuku jari kaki sebelah kiri telah hilang sebanyak 4 kuku,

kemudian bagian kuku jari kaki sebelah kanan sebanyak 3 kuku telah hilang,

sedangkan di bagian bibir atas samping kanan menderita diduga luka bakar," kata Deni dalam keterangannya kepada Tribunjabar.id, Jumat (3/12/2021).

Ia mengatakan, empat kuku di jari kaki kiri dan tiga kuku di jari kaki kanan korban hilang diduga dicabut paksa.

Ia mengatakan, pihaknya mendapat laporan pada Rabu (1/12/2021) lalu.

Saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan terkait pelaku yang diduga melakukan penganiayaan terhadap korban

Gadis Panti Asuhan Diperkosa

Kejadian lain dialami seorang gadis yang tingga di panti asuhan.

Mawar (bukan nama sebenarnya) harus kembali merasakan kepahitan usai disekap dan diperkosa.

Gadis berusia 13 tahun itu malah dianiaya oleh istri dari lelaki yang memperkosanya.

Bahkan, aksi penganiayaan yang dilakukan pelaku sampai viral di media sosial.

Gadis yang masih duduk dibangku kelas VI (enam) Sekolah Dasar (SD) itu tak bisa berbuat banyak saat pukulan hingga makian mengarah kepadanya.

Kapolresta Malang Kota, AKBP Budi Hermanto mengungkap awal mula terjadinya pemerkosaan hingga pengeroyokan yang dialami oleh Mawar.

Ia menjelaskan, peristiwa gadis panti asuhan itu terjadi pada Kamis (18/11/2021).

Pagi itu, korban dibawa oleh seseorang ke suatu tempat, dan dilakukan persetubuhan.

Setelah itu, istri pelaku mengetahui kejadian tersebut dan membawa beberapa temannya untuk melakukan interogasi dan melakukan tindakan kekerasan terhadap si korban.

Korban Disekap

Sementara itu, Anggota tim kuasa hukum korban, Do Merda Al-Romdhoni mengungkapkan peristiwa kekerasan seksual yang dialami korban yang berusia 13 tahun berdasarkan dari keterangan korban.

Menurutnya, korban yang masih duduk di kelas VI SD swasta di Kota Malang saat itu, Kamis (18/11/2021) bermain di rumah temannya berinisial D.

Sekitar pukul 10.00 WIB, korban mendapat pesan dari pelaku Y, yang mengaku bernama Dani dan mengajak berkenalan sekaligus mengajak korban untuk bertemu.

Akhirnya, pertemuan keduanya pun terjadi dan pelaku berhasil mengajak korban untuk berkeliling.

Setelah berkeliling, korban diajak ke rumah pelaku untuk beristirahat.

Baca juga: Buntut Kasus Cekcok Ibunda Arteria Dahlan di Bandara, Anggiat Pasaribu Pingsan Seusai Meminta Maaf

"Sesampainya di rumah pelaku, korban malah diikat menggunakan selendang dan ditutup mulutnya. Pelaku langsung beraksi mencabuli korban," ungkap Romdhoni .

Korban yang tertekan hanya bisa pasrah, atas apa yang diperbuat oleh pelaku.

Tidak lama kemudian, istri pelaku datang dan menggedor pintu rumah, serta mendapati korban berada di sana.

"Korban sempat disudutkan sebagai pelakor dan lain sebagainya. Korban yang masih dalam kondisi seperti itu, hanya bisa pasrah dan keluar dari rumah pelaku."

"Korban pun langsung dijemput oleh delapan orang anak sebaya dengan korban, lalu dibawa ke tanah lapang di daerah Araya Kecamatan Blimbing," bebernya.

Di sana, korban mulai dianiaya oleh delapan anak itu

Mirisnya, dari delapan orang anak tersebut, satu diantaranya adalah temannya berinisial D itu.

Korban mengalami pemukulan beberapa kali di bagian wajah hingga berdarah, serta beberapa kali di bagian badan.

Selain itu, HP serta uang tunai Rp 40 ribu milik korban, diambil seluruhnya oleh delapan anak yang mengeroyok itu.

"Dan setelah dianiaya, korban diajak berfoto bersama lalu diantar pulang ke panti asuhannya," uangkapnya.

Baca juga: Pengakuan Suami Siram Air Keras ke Mamah Muda di Cianjur, Korban Sarah Dikenal Sosok yang Sholehah

Pelaku Ditangkap

Pihak kepolisian saat ini telah mengamankan para terduga pelaku termasuk sejumlah anak dibawah umur yang ikut menganiaya korban.

Kapolresta Malang Kota, AKBP Budi Hermanto mengatakan, kasus tersebut saat ini masih ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Malang Kota.

Menurutnya, ada dua perkara yang ditangani dengan korban yang sama.

"Yang pertama, perkara dugaan pencabulan terhadap korban yang sama. Lalu yang kedua, pengeroyokan ataupun merampas kemerdekaan orang, yang diketahui videonya telah viral," ujar Budi Hermanto , Selasa (23/11/2021).

Ia menyebut tim yang dipimpin Kasat Reskrim melakukan pemeriksaan saksi-saksi dan alat bukti.

Pihaknya sudah mengamankan lebih kurang 10 orang terduga pelaku yang melakukan tindakan kekerasan dan persetubuhan.

Selain mengamankan 10 orang terduga pelaku, pihaknya juga telah mengamankan beberapa barang bukti.

"Yaitu, pakaian yang digunakan oleh para terduga pelaku sesuai dengan video yang viral. Termasuk, handphone (HP) korban yang dirampas dan dijual oleh terduga pelaku. Selain itu, kami juga mengamankan satu HP yang digunakan untuk merekam (aksi penganiayaan) tersebut," jelasnya.

Baca juga: Pak RW Kenang Sosok Perempuan Cianjur yang Tewas Disiram Air Keras oleh Suaminya : Dia Sholehah

Korban perundungan dan pelecehan asusila, Mawar (13) memakai baju oranye, saat digandeng bersama ibunya saat mendatangi Satreskrim Polresta Malang Kota, pada Senin (22/11/2021).
Korban perundungan dan pelecehan asusila, Mawar (13) memakai baju oranye, saat digandeng bersama ibunya saat mendatangi Satreskrim Polresta Malang Kota, pada Senin (22/11/2021). (Kukuh Kurniawan/TribunJatim.com)

Ia melanjutkan, pihaknya menjaga betul psikologis korban dan terduga pelaku.

"Kita menjaga psikologis korban dan terduga pelaku, karena masih anak-anak. Kita jaga dan junjung kerahasiaan identitas korban, termasuk identitas dari terduga pelaku. Hal itu dilakukan, untuk menjaga kondisi psikis mereka. Dengan adanya video viral itu, jangan menghakimi para anak-anak ini berbuat salah, tetapi hukum yang akan menegak luruskan perkara ini," pungkasnya.

Polisi Dalami Motif

Kasat Reskrim Polresta Malang Kota, Kompol Tinton Yudha Riambodo, pihaknya saat ini masih mendalami motif pelaku yang memperkosa dan menganiaya gadis panti asuhan tersebut.

"Jadi, motifnya yang kita dalami dari para terduga pelaku ini, karena adanya kekesalan karena melihat suaminya tidur dengan seorang perempuan (korban)," karta dia.

Menurutnya, hal itu yang memancing istri pelaku dan teman-temannya menganiaya gadis kecil yang masih duduk dibangku kelas VI SD tersebut.

"Dari sanalah, membuat kekesalan teman-teman istrinya. Sehingga, ini yang memicu kejadian terkait pengeroyokan tersebut," ujar Tinton nya kepada TribunJatim.com  Selasa (23/11/2021).

Pasangan Nikah Siri

Pasangan suami istri yang turut diamankan polisi diduga pasangan nikah siri.

"Suami istri ini adalah pasangan nikah siri, belum secara resmi. Pernikahannya secara agama, bukan secara hukum Indonesia," ungkap Kompol Tinton Yudha Riambodo.

Pria yang akrab disapa Tinton ini juga mengungkapkan, terduga pelaku dan korban saling mengenal.

Namun, tidak terlalu akrab berteman.

Disinggung terkait cara perkenalan korban dengan terduga pelaku hingga korban ditemukan tidur bersama dengan terduga pelaku, pihaknya enggan membeberkan lebih detail.

"Karena ini perkara anak, psikologis korban belum begitu stabil. Dan kami berupaya mendapatkan keterangan dari korban, setelah ada pendampingan dari Trauma Healing Polresta Malang Kota dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Malang," terangnya.

Baca juga: Kisah 2 Bocah SD Gantian Pakai Sepatu Untuk Sekolah, Sang Adik Menangis Dipelukan Kapolres 

10 pemerkosa dan penganiaya bocah panti ditangkap, istri pelaku malah tuduh korban pelakor
10 pemerkosa dan penganiaya bocah panti ditangkap, istri pelaku malah tuduh korban pelakor (ist/Instagram)

Terancam 15 Tahun Penjara

Kapolresta Malang Kota, AKBP Budi Hermanto menerangkan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan kepada korban, sesuai dengan Pasal 184 KUHAP.

"Kami telah melakukan pemeriksaan sebagian kepada korban, dan kita juga telah mendapatkan hasil visumnya  dari dua kejadian perkara ini," tambahnya.

Dalam kesempatan itu pula, BuHer juga membeberkan pasal ancaman pidana terhadap 10 orang terduga pelaku tersebut.

Yang pertama, yaitu Pasal 80 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 atas perubahan Undang-Undang RI No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, atau Pasal 170 ayat 2 KUHP, dan atau Pasal 33 ayat 2 KUHP. 

Sedangkan yang kedua, Pasal 81 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 atas perubahan Undang-Undang RI No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Untuk kasus kekerasan anaknya, ancaman hukuman lima sampai sembilan tahun penjara.

Sedangkan untuk kasus persetubuhannya, ancaman hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun.

Oleh sebab itu, pihak penyidik Satreskrim Polresta Malang Kota masih melakukan penyelidikan intensif terhadap 10 terduga pelaku.

"Kita akan lakukan gelar perkara untuk menetapkan peran masing-masing orang. Status mereka (para terduga pelaku) masih saksi. "

Dalam pemeriksaan, mereka mengakui semua perbuatannya sesuai kriteria masing-masing dan berdasarkan video.

"Selain itu, nanti ada tahapan diversi yang dilakukan. Itu seperti mereka (terduga pelaku dan korban) bermediasi. Apabila tidak terpenuhi, silahkan perkara tetap akan dilanjutkan," tandasnya.

(TribunnewsBogor.com/Tribun Jabar /Surya Malang)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved