Erupsi Gunung Semeru
Cerita Ibu Hamil 9 Bulan Berjuang Selamatkan Diri saat Erupsi Gunung Semeru: Lari Sambil Tahan Sakit
Korban selamat hingga hari ini masih berada di sejumlah lokasi pengungsian lantaran status Gunung Semeru masih belum dinyatakan aman.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Erupsi Gunung Semeru menyisakan duka mendalam bagi kita semua.
Bukan hanya rumah warga yang rusak akibat erupsi Gunung Semeru, belasan orang dikabarkan meninggal dunia dan puluhan lainnya dinyatakan hilang.
Hingga Senin (6/12/2021), jumlah korban meninggal dunia sudah mencapai 15 orang.
Sebanyak 8 orang teridentifikasi berasal dari Kecamatan Pronojiwo, sedangkan 7 lainnya berasal dari Kecamatan Candipuro.
Korban selamat hingga hari ini masih berada di sejumlah lokasi pengungsian lantaran status Gunung Semeru masih belum dinyatakan aman.
Dalam peristiwa itu, seorang ibu hamil 9 bulan bernama Ayuningsih (23) sempat berjuang menyelamatkan diri saat erupsi Gunung Semeru terjadi.
Calon mamah muda asal Dusun Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang in berjuang agar bisa selamat dari sapuan awan panas guguran Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021).
Ayu menceritakan, ia berhasil lolos dari maut bukan karena dibonceng menggunakan motor sama suaminya Mohamad Nur Efendy (23).
Menurutnya, saat itu berlari hingga belasan kilo meter sembari dipapah sampai tiba di tempat aman.
Meski perutnya terasa sakit, namun ia berusaha terus berlari demi bisa selamat dari awan panas letusan Gunung Semeru.
"Usia kehamilan saya sembilan bulan. Saya tak memikirkan apa-apa, pokonya saya, anak yang dikandung, dan suami selamat," katanya, Senin (6/12).
Selama berlari ia merasakan nyeri pada perutnya.
Selain itu, kakinya sempat terinjak-injak warga lain saat berlari hingga lecet.
"Alhamdulilah tak ada masalah pada janin. Janin yang saya kandung sehat. Saya langsung mendapat pemeriksaan kandungan dan penanganan di Puskesmas Penanggal usai lolos dari awan panas," ungkapnya.

Harta benda Ayu rusak tak bersisa dihempas awan panas.