IPB University
Benarkah Kedelai Bisa Bikin Pria jadi Feminin? Ini Kata Pakar Gizi IPB University
Isoflavon juga disebutkan dapat menyebabkan kanker payudara, risiko penyakit jantung, meningkatkan asam urat, hingga penuaan dini.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Beredar kabar di masyarakat laki-laki yang terlalu banyak mengonsumsi kedelai bisa membuatnya menjadi lebih feminin.
Kandungan phytoestrogen dan isoflavon dalam kedelai disinyalir dapat membuat pria menjadi feminin.
Isoflavon juga disebutkan dapat menyebabkan kanker payudara, risiko penyakit jantung, meningkatkan asam urat, hingga penuaan dini.
Tapi benarkah kabar tersebut?
Guru Besar IPB University Bidang Keamanan Pangan dan Gizi, Prof Ahmad Sulaeman mengatakan, kampanye negatif ini diakibatkan munculnya berbagai artikel terkait isu kedelai yang meningkatkan estrogen pada tubuh pria.
Padahal, saat ini Amerika Serikat telah beralih menggunakan kedelai sebagai sumber pangan.
“Isu kedelai dapat menurunkan testosteron dan menaikkan estrogen hanyalah mitos. Berdasarkan meta analisis, hasilnya tidak ada efek antara isoflavon kedelai pada level estrogen dan testosteron pada pria,” ungkapnya.
Prof Ahmad Sulaeman melanjutkan, konsumsi suplemen protein kedelai juga memberikan efek signifikan pada massa otot dan kekuatan dibandingkan dengan protein sapi.
Berbagai isu bahwa justru phytoestrogen kedelai menyebabkan kanker payudara juga hanya mitos.
Prevalensi kejadian kanker payudara terendah justru berada di negara yang mengonsumsi kedelai lebih banyak.
“Asupan kedelai lebih tinggi juga disebutkan ada kaitannya dengan pengurangan sepertiga risiko kanker payudara. Padahal, mengonsumsi kedelai sejak dini merupakan kunci mengurangi risiko kanker payudara,” katanya.
Isu lain terkait phytosterol atau kolesterol nabati pada kedelai dapat memicu kenaikan kolesterol.
Namun, konsumsi protein hewani yang diganti dengan protein nabati dari kedelai ternyata menurunkan level kolesterol secara nyata.
“Bahkan dengan mengonsumsi 25 gram protein kedelai per hari sebagai bagian diet rendah lemak dan kolesterol dapat mengurangi risiko penyakit jantung,” tambahnya.
Klaim kesehatan ini sudah diakui oleh FDA (Food and Drug Administration) dan beberapa negara termasuk Indonesia.