Cerita Wanita Pemetik Teh di Puncak Bogor, Gaji Rp 1,2 Juta Per Bulan, Berharap Anak Cucu Sukses
Di tengah teriknya matahari yang menyoroti kawasan Puncak Bogor, rupanya tak membuat sejumlah pemetik teh merautkan wajah.
Penulis: Siti Fauziah Alpitasari | Editor: Vivi Febrianti
Laporan Wartawan Tribunnewsbogor.com, Siti Fauziah Alpitasari
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Di tengah teriknya matahari yang menyoroti kawasan Puncak Bogor, rupanya tak membuat sejumlah pemetik teh merautkan wajah.
Tampak sejumlah pemetik teh yang melebarkan senyumnya dengan canda gurau sesama pemetik.
Ya, salah satunya yaitu Ikah, ia merupakan seorang ibu paruh baya yang sudah puluhan tahun menjadi seorang pemetik teh.
Lika liku kehidupannya menjadi seorang pemetik teh pun ia hadapi dengan senyuman dan ke ikhlaskan.
“Enak aja kerjaan ibu mah gini, nikmatin syukuri,” tutur pemetik teh, Ikah kepada TribunnewsBogor.com, Kamis (14/7/2022).
Menjadi seorang pemetik teh dari usianya 15 tahun hingga saat ini sudah menginjak 52 tahun tak melunturkan semangat Ikah untuk mencari mata pencahariannya itu.
“Anak sekolah dari penghasilan ibu di sini, sampai sekarang dia udah nikah dan ibu punya cucu 2,” ucap Ikah.
Di pagi hari pukul 07.00 WIB, Ikah harus ke kebun teh seperti layaknya anak sekolah yang tidak boleh terlambat.
“Harus dari pagi pukul 07.00 WIB sampai sekarang pukul 12.00 WIB terus beres-beres baru bisa pulang,” kata Dia.
Ia pun mampu memetik 80 - 100 kg pucuk teh yang akan diambil oleh pemborong ke perusahaan yang membayarnya itu.
“Sebenernya harian borong, cuman kita per bulan itu Rp 1,2 juta ini di perusahaan Bandung,” terangnya.
Hal serupa pun dirasakan oleh Nana (50).
“Alhamdulillah di sini mah aman sih gak ada binatang kayak ular, paling hama saja,” kata Nana.
Nana menambahkan antara senang atau sedih ia dan rekan-rekannya di tahun 2025 mendatang sudah tak lagi bersama untuk memetik teh.