Viral di Medsos

5 Fakta Dokter Tak Sengaja Rekam Penampakan Kota Gaib Saranjana, Gedung Tinggi Samar-samar Terlihat

Foto Dokter Devi sedang berada di Bukit Mamake, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Terlihat ada penampakan gedung-gedung tinggi yang diduga Kota Saranjana

Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
kolase Instagram
Foto Dokter Devi sedang berada di Bukit Mamake, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Terlihat ada penampakan gedung-gedung tinggi yang diduga sebagai Kota Saranjana 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Viral foto penampakan Kota Saranjana yang disebut terletak di wilayah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Foto penampakan tersebut direkam oleh suami dari dokter Devi Ayu Puspita Sari, Muhammad Irwan.

Dilansir dari beberapa sumber, berikut sederet fakta foto penampakan kota gaib Saranjana:

Pengambilan Foto

Dalam foto tampak dr Devi mengenakan baju kemeja kotak-kotak dan jilbab warna abu.

Berlatar suasana wilayah Kotabaru, dr Devi pun berfoto dengan fotografer sang suami sendiri.

Beberapa kali mengambil gambar, suami dr Devi awalnya tak menaruh curiga.

Namun saat melihat hasil jepretannya, Irwan syok lantaran ada penampakan tak biasa di foto istrinya.

"Kami berlima, sampai atas, foto, pertama kami foto berdua, ada foto sendiri, memang kita pakai HP biasa. Terus suami bilang 'ini apa?'. Karena di-zoom, kan kita panik, kita langsung pulang dulu," kata dr Devi dilansir TribunnewsBogor.com dari akun Instagram nenk_updatee, Minggu (8/1/2022).

Langsung pergi meninggalkan Bukit Mamake, dr Devi dan suami lantas mengecek kembali foto aneh tersebut.

Diakui dr Devi memang ada hal mengganjal.

"Sampai di depan pemancingan, pas dilihat kok satu foto ini beda sama foto lain. Itu lampu biasa, lampu bagan, cuma yang agak mengganjal di belakang itu kayak ada bangunan. Percaya sih percaya ada alam gaib, tapi menurut saya itu bisa aja cahaya, tapi kurang ngerti secara ilmiahnya," pungkas dr Devi.

Baca juga: Gencar Bongkar Ilmu Perdukunan, Ternyata Pesulap Merah Masih Belum Bisa Pecahkan Rahasia Gaib Ini

Gedung-gedung Tinggi Terlihat Samar

Mengurai penjelasan, Irwan mengaku heran kala melihat foto tersebut.

Sebab harusnya yang ada di belakang bukit tersebut adalah hutan belantara dan lampu-lampu bagan saja.

Namun di foto yang ia ambil justru terlihat seperti jalan bercahaya terang dan gedung tinggi samar-samar terlihat.

"Ini kayak jalan padahal hutan belantara semua. Terus yang paling aneh, ini kayak gedung-gedung. Kita dapat foto ini pas pertama, eh kenapa kameranya kotor. Pas di-zoom kok kayak gedung," pungkas Irwan.

Tapi wallahu a'lam," kata dr Devi.

Tidak Diedit

Lantaran penasaran, dr Devi akhirnya mengunggah foto tersebut dan bertanya ke khalayak terkait penampakan apa di potretnya tersebut.

Tak disangka, foto yang dibagikan dr Devi viral.

Ia pun dikira mengedit dan merekayasa foto tersebut.

Padahal diakui dr Devi dan suami, mereka gaptek alias gagap teknologi.

"Foto itu kan ada komen itu diedit, itu murni bukan editan, itu ori. Masalah bayangan apa, kami tidak tahu, karena tidak berkompeten di bidang itu. Untuk masalah alam gaib, ya kita sebagai muslim mempercayai, tapi alangkah baiknya kita hidup berdampingan," ujar dr Devi.

Dalam klarifikasinya, dr Devi juga membantah bahwa dirinya sakit usai dari Bukit Mamake.

Sebab keesokan harinya, dr Devi langsung bekerja guna menjaga IGD.

Baca juga: Aksi Denny Sumargo Dirukiah Jadi Perbincangan, Sang Ustaz Ungkap Hal Gaib yang Tak Disangka

Mitos Kota Saranjana

Terlepas dari foto penampakan yang dibagikan dr Devi, mitos soal Kota Saranjana memang santer.

Terlebih di tahun 1980-an, pemerintah setempat dikagetkan oleh kedatangan sejumlah alat berat pesanan dari Jakarta.

Semua alat berat dengan nilai sangat mahal itu konon dipesan seseorang dengan alamat Kota Saranjana dan telah dibayar lunas.

Padahal, Kota Saranjana di alam nyata secara administratif tidak ada di Kabupaten Kotabaru.

Dilansir dari Banjarmasin Post, cerita ini melegenda dari mulut ke mulut hingga sekarang.

Konon, Kota Saranjana dihuni makhluk astral atau tak kasat mata, berupa jin muslim.

Namun, ada pula yang mengatakan, Kota Saranjana dihuni manusia namun yang telah menggaib.

Kabar yang beredar dari mereka yang pernah masuk ke kota itu, kotanya sangat maju dengan jalan raya yang lebar, gedung perumahan yang megah dengan pagar rumah tinggi.

Sistem pemerintahannya kerajaaan, mayoritas penduduknya beragama Islam.

Foto Dokter Devi sedang berada di Bukit Mamake, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Terlihat ada penampakan gedung-gedung tinggi yang diduga sebagai Kota Saranjana
Foto Dokter Devi sedang berada di Bukit Mamake, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Terlihat ada penampakan gedung-gedung tinggi yang diduga sebagai Kota Saranjana (kolase Instagram)

Ada di Peta Belanda

Tak cuma itu, fakta berikutnya terkait Kota Saranjana juga diungkap seorang dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Jurusan Sejarah, Mansyur.

Ia mencoba menganalisa Kota Saranjana, dari perspektif historis ilmiah.

Melalui tulisannya di akun Facebooknya Sammy 'xnyder Istorya, Mansyur yang juga mantan seorang jurnalis menulis tentang Saranjana.

Menurut dia, ada tiga versi lokasi Saranjana hasil penelusurannya.

Pertama, di Kotabaru, Kalimantan Selatan, versi kedua di Teluk Tamiang, Pulau Laut dan ketiga di sebuah bukit kecil yang terletak di Desa Oka-Oka Kecamatan Pulau Laut Kelautan, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Dari perspektif historis menurut Mansyur Saranjana adalah fakta.

Sebab, Salomon Muller, naturalis berkebangsaan Jerman dilahirkan di Heidelberg, dalam petanya berjudul "Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo" (peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo), tahun 1845 mengambarkan bahwa terdapat wilayah yang ditulisnya sebagai Tandjong (hoek) Serandjana.

Tandjong ini terletak di sebelah selatan Pulau Laut, tepatnya berbatasan dengan wilayah Poeloe Kroempoetan (Pulau Kerumputan) dan Poeloe Kidjang.

Dalam kapasitasnya sebagai pembuat peta, Salomon Muller menjabat anggota des Genootschaps en Natuurkundige Komissie in Nederlands Indie yang sudah mendapatkan pelatihan dari Museum Leiden dan sedang melakukan perjalanan penelitian tentang dunia binatang dan tumbuhan di kepulauan Indonesia.

Namun, belum bisa dipastikan apakah Salomon Muller pernah berkunjung ke Tandjong (hoek) Serandjana sebelum memetakannya.

Salomon Muller pun tidak pernah menyinggungnya dalam beberapa artikelnya yang diterbitkan Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.

Peta yang memuat Tandjong (hoek) Serandjana tersebut dimuat dalam Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel, seri pertama yang diterbitkan Staatsbibliothek zu Berlin. Peta ini dibuat 18 tahun sebelum Salomon Müller meninggal dunia pada tahun 1863.

Menurut Mansyur, sumber lainnya yang memuat tentang Serandjana adalah Pieter Johannes Veth, dalam "Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie: bewerkt naar de jongste en beste berigten", halaman 252.

Kamus ini diterbitkan di Amsterdam oleh P.N. van Kampen, tahun 1869.

Veth menuliskan "Sarandjana, kaap aan de Zuid-Oostzijde van Poeloe Laut, welk eiland aan Borneo's Zuid-Oost punt is gelegen" (Sarandjana, tanjung di sisi selatan Poeloe Laut, yang merupakan pulau yang terletak di bagian tenggara Kalimantan).

Secara terminologi, kalau dikomparasikan dengan kosakata India, " Saranjana" berarti tanah yang diberikan.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved