Pilu Pelajar Indonesia Selamat dari Gempa Turki, Kedinginan Kini Ingin Pulang tapi Paspor Tertimbun

Pilu Pelajar Indonesia Selamat dari Gempa Turki, Lawan Udara Dingin Kini Ingin Pulang tapi Paspor Tertimbun

Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Soewidia Henaldi
Youtube Tribunnews Bogor/Tribunnews.com
Kondisi apartemen yang dihuni mahasiswa Indonesia di Kahramanmaraş rusak akibat empa bumi berkekuatan M 7,8 mengguncang Turki, Senin (6/2/2023) pagi. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Pelajar Indonesia bertahan dari udara dingin setelah selamat dari gempa Turki.

Hampir semalaman mereka bertahan menahan udara dingin menggunakan pakaian seadanya.

Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kahramanmaraş, Hammam Ishthifaulloh bercerita ia tak bisa tidur pada Senin (6/2/2023) dini hari.

Sekitar pukul 03.00 waktu setempat, Hammam memutuskan untuk tak lagi tidak dan bermain handphone.

Satu jam berselang, ia panik ketika gempa Turki mengguncang.

"Saya langsung bergegas keluar apartemen. Saat itu turun salju," kata Hammam ketika berbincang dalam Tribun Talks di Youtube Tribunnews Bogor.

Saat berusaha menyelamatkan diri, seorang rekan yang tak sempat membawa kacamata tertimpa reruntuhan.

Menurut Hammam rekannya itu mengalami luka memar di bagian kaki.

Baca juga: 2 WNI Meninggal Dunia Akibat Tertimpa Reruntuhan Usai Gempa Dahsyat Turki, Identitasnya Terkuak

Akibat gempa Turki, menurut Hammam apartemen tempatnya tinggal mengalami rusak berat.

"Sekitar apartemen saya sudah runtuh. Sekarang (apartemen saya) tidak bisa dipastikan masih berdiri atau tidak, karena ada gempa susulan," katanya.

Setelah kejadian, Hammam berhasil menghubungi keluarganya di Indonesia.

Baca juga: Perjuangan WNI Bertahan Usai Gempa Dahsyat Turki, Niat Kembali ke Indonesia Terhalang Kendala Ini

Kondisi apartemen yang dihuni mahasiswa Indonesia di Kahramanmara? rusak akibat empa bumi berkekuatan M 7,8 mengguncang Turki, Senin (6/2/2023) pagi.
Kondisi apartemen yang dihuni mahasiswa Indonesia di Kahramanmara? rusak akibat empa bumi berkekuatan M 7,8 mengguncang Turki, Senin (6/2/2023) pagi. (Tribunnews.com)

Hammam dan pelajar lainnya kemudian mengungsi ke kampus Kahramanmaraş Sütçü İmam Üniversitesi.

Mereka bertahan dari udara dingin hanya dengan pakaian seadanya.

Baca juga: Cerita Ayah yang Putrinya Tewas Tertimbun Reruntuhan Akibat Gempa Turki, Tangan Anak Terus Digenggam

"Barang pribadi cuma bawa HP dan pakaian yang saya pakai, yang lain tertinggal di apartemen. Kemungkinan besar apartemen saya sudah runtuh," katanya

Pun dengan logistik dan makanan yang hanya seadanya hari itu.

Baca juga: Update Terbaru Gempa Turki: Sebanyak 7.825 Orang di Turki dan Suriah Tewas

"Malam hari H gempa dini harinya turun salju. Beberapa teman Indonesia mulai kedingian karena pakaian yang diapakai seadanya ketika keluar dari apartemen," terang Hammam.

Selasa (7/2/2023) Hammam dan pelajar Indonesia barulah dievakuasi KBRI.

Di sana, pelajar Indonesia sudah menerima bantuan dan menempati tempat yang aman.

Kini Hammam dan pelajar lainnya masih menunggu kepastian dari Pemerintah Turki terkait perkuliahan.

Jika tak lagi dilanjutkan, ia berharap bisa pulang ke Indonesia secepatnya.

Baca juga: Sosok Frank Hoogerbeets, Peneliti yang Prediksi Gempa Turki Mendadak Viral, Ramalannya Tuai Sorotan

"Kami berharap Pemerintah Indonesia bisa bantu untuk kepulangan," harap Hammam.

Hanya kini yang menjadi kendala adalah, Hammam tidak memiliki paspor untuk pulang.

"Saya tidak membawa karena memang tertinggal semua di apartemen," katanya.(*)

Baca berita TribunnewsBogor.com lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved