Cerita Shalma Maulidia, Bayi Pengidap Hidrosefalus Asal Leuwisadeng Bogor Kondisinya Memperihatinkan

karena terkendala permasalahan teknis, Shalma akhirnya dibawa ke rumah sakit yang cukup jauh dari kediamannya yaitu di RS Sentosa, Kecamatan Kemang

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Reynaldi Andrian Pamungkas
TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani
Shalma Maulidia, bayi berusia empat bulan asal leuwisadeng bogor pengidap hidrosefalus kondisinya kian memprihatinkan, Senin (27/2/2023). 

Akan tetapi, setelah operasi pertama dilakukan, kondisi anaknya terus mengalami pembesaran pada bagian kepala.

Saat ini saja, lingkar kepala Shalma Maulidia berdiamete 54 sentimeter.

"Lingkar kepalanya pas terakhir operasi 45 cm, sebulan setelah operasi nambah 2 cm, saya kan kontrol pas bulan Februari kata dokter wajar kalau naiknya 1 sampe 2 cm, nah kemarin di ukur dari 47 ke 54, cepet membesarnya," ungkapnya.

Karena pembesaran kepala yang begitu cepat, Siti Istianah akan membawa Shalma Maulidia melakukan cek up ke RSUD Kota Bogor pada 1 Maret 2023.

"Engga tau nih nanti keputusannya bagaimana langsung operasi atau engga. Dokter mah berpesannya harus jaga berat badannya, soalnya syarat supaya bisa operasi itu 5 kilogram," katanya.

Baca juga: Jenguk Bocah Penderita Hidrosefalus di Cigudeg Bogor, Tri Rismaharini Minta Dokter RSCM Maksimal

Selain itu, karena kelainan yang dimiliki anaknya, membuat pergerakannya menjadi terbatas dibandingkan bayi normal seusianya.

"Kalau motorik sih kara dokter bagus, aktif dan responsif juga, cuma ini belum bisa miring, belum bisa tengkurep, nanti kata dokter dikasih waktu sampe lima bulan kalau belum ada perkembangan juga diterapi," katanya.

Bantuan

Siti Istianah dan Burhanuddin termasuk keluarga yang tidak mampu.

Uluran tangan dari para donatur untuk biaya pengobatan anaknya sangatlah dibutuhkan.

Siti Istianah hanyalah seorang ibu tumah tangga, sedangkan suaminya bekerja serabutan dengan pengasilan yang tak menentu.

Baca juga: Pemerintah Kecamatan Cigudeg Klaim Sudah Turun Langsung Bantu Bocah Penderita Hidrosefalus

Beruntung informasi mengenai Shalma saat ini telah sampai di telinga pemerintah desa hingga Kementerian Sosial (Kemensos) sehingga bayi malang tersebut mendapat perhatian.

"Bantuan dari Kemensos buat jualan, pampers, susu emang butuhnya juga delapan dus buat dua bulan, kompor, stroler, dari desa juga udah ada dibantu bikin BPJS PBI, difasilitasi buat nanti cek up ke RSUD Kota," ungkapnya.

Selain itu, kata Siti Istianah, Kemensos sudah menawarkan agar Shlama Maulidia dibawa di RS Cipto Mangunkesumo supaya mendapatkan perawatan lebih intens.

Namun, karena anak pertamanya yang baru berusia 6,5 tahun harus bersekolah, ia lebih memilih agar Shalma Maulidia ditangani di RSUD Kota Bogor, agar ia tetap bisa mengontrol anak pertamanya.

"Kalau di Cipto mah kan jauh, terus ada anak juga masih sekolah repot. Jadi kalau di RSUD kota bisa mah mending di RSUD kota aja, kecuali memang dokternya udah engga sanggup baru terserah mau dibawa kemana juga," katanya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved